SONORABANGKA.ID - Penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak sapi mulai berdampak dalam perdagangan daging sapi. Sejumlah konsumen merasa khawatir terkait munculnya virus pada hewan ternak tersebut.
Para pedagang daging sapi menilai situasi ini melemahkan daya beli terhadap dagangan mereka dan sudah berdampak pada penurunan harga jual daging.
Pedagang daging sapi di Pasar Induk Pembangunan Pangkalpinang, Zolly mengaku sejak munculnya isu PMK berdampak pada daya beli masyarakat. Bahkan Zolly berkata, tak sedikit masyarakat yang bertanya pada dirinya apakah daging tersebut aman untuk dikonsumsi.
"Pembeli merasa was-was dan takut untuk konsumsi daging karena adanya PMK yang lagi beredar itu, jadi untuk kami adalah dampaknya,"ujar Zolly saat ditemui Bangkapos.com, Senin (16/5/2022).
Padahal, diketahui PMK bukan merupakan penyakit zoonosis sehingga tidak menular kepada manusia. Kementerian Pertanian (Kementan) juga telah menegaskan, daging dari sapi yang terjangkit PMK tetap aman untuk dikonsumsi, kecuali untuk bagian yang terdampak virus seperti mulut dan kaki.
"Padahal daging ini lewat rumah potong hewan (RPH) yang tentunya sudah diperiksa dulu kesehatannya jadi aman lah, dan ini juga sudah sebelum lebaran masuk sebelum ada wabah itu,"ujarnya.
Diakui Zolly, usai lebaran memang ada penurunan pembelian daging sapi dan kembali diperparah adanya isu wabah PMK membuat pembeli semakin sepi. "Setelah lebarankan memang kembali normal lagi, bahkan sepi lah. Ditambah isu wabah ni semakin sepi lah kami, jadi bingung lah mau gimana lagi,"ucapnya.
Senada dengan Zolly, Iyan pedagang daging sapi di tempat yang sama juga mengaku pembelian daging sapi. "Kami tinggal ngarepin orang-orang yang bakal gelar acara nikahan lah. Kalau yang beli paling hanya setengah kilo,"katanya.
Kini, harga daging sapi segar mencapai Rp140 ribu dan tertinggi dijual Rp160 ribu per kg. Harga itu sudah turun cukup jauh dari puncak kenaikan harga pada momen lebaran yang mencapai Rp180 ribu per kg.
"Selain akibat penurunan permintaan akibat kekhawatiran PMK, turunnya harga juga didorong oleh telah berlalunya masa puncak Idulfitri. Lebih lanjut, dampak yang dirasakan dari adanya PMK yakni pengetatan lalu lintas ternak antar daerah," tambahnya.
Sementara itu Kilang (33), Warga Semabung Baru Kota Pangkalpinang itu mengakui was-was membeli daging sapi sejak beredarnya isu sapi terkena wabah PMK.
Diakui Kilang, ia sempat mengurungkan niatnya untuk memasak sop daging sapi lantaran takut. "Katanya udah ratusan sapi di Babel kena ya khawatir lah pasti, nanti setelah makan kenapa-kenapa jadi mending dihindari dulu aja," tambahnya.
Dia mengatakan, lagian daging sapi bukan makanan suatu keharusan sehingga tidak terlalu meresahkan. "Kan masih ada ayam, tempe, ikan, dan pilihan lainnya jadi ga terlalu panik lah ya. Hanya untuk sementara stop dulu sampai membaik nanti," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Pedagang Daging Sapi di Pasar Akui Makin Sepi Pembeli Sejak Muncul Virus PMK , https://bangka.tribunnews.com/2022/05/16/pedagang-daging-sapi-di-pasar-akui-makin-sepi-pembeli-sejak-muncul-virus-pmk?page=2.