Diketahui pada tahun 1500-an di masa Uesegi Kenshin di Jepang, terjadi perang dimana-mana.
Setelah perang selesai, barulah banyak orang menyadari kalau kedelai yang mereka simpan sudah membusuk dan mengeluarkan lendir ketika diaduk.
Namun, karena keterbatasan persediaan makanan, kedelai yang sudah membusuk ini terpaksa dikonsumsi.
Tak disangka, ternyata kedelai itu justru memiliki rasa yang enak dan akhirnya tetap dikonsumsi sampai sekarang.
Kaya Gizi dan Protein
Walau lengket, natto memang terkenal sebagai makanan fermentasi kedelai yang menyehatkan.
Sebab, dalam 100 gram natto terkandung 212 kalori, protein, kalsium serta zat besi, lo.
Menariknya, natto tidak memiliki lemak jenuh sedikitpun. Oleh karena itu, makanan ini sering dikonsumsi oleh orang-orang yang sedang diet.
Tak hanya itu saja, dalam natto juga terkandung suatu enzim yang bernama enzim nattokinase.
Enzim itu berguna sebagai antioksidan yang bagus untuk pencernaan dan melarutkan gumpalan-gumpalan darah.
Selain itu ada pula kandungan fitoestrogen yang bisa mencegah penyakit kanker, terutama kanker payudara.
Natto juga dapat membantu memecah plak yang memicu penyakit alzheimer yang menurunkan daya ingat seseorang.
Tidak Semua Orang Jepang Menyukai Natto
Meskipun natto banyak dikenal sebagai sumber gizi dan protein, tidak semua orang Jepang menyukai natto.
Hal ini disebabkan karena natto memiliki bau menyengat yang bisa membuat perut terasa mual.
Namun, saat ini banyak produsen makanan di Jepang yang memproduksi natto dengan bau yang tidak menyengat lagi.
Ini membuat orang-orang yang tidak menyukai natto karena baunya, kini sudah bisa mengonsumsi dan merasakan manfaatnya.
Nah, itulah natto sebagai makanan fermentasi kedelai di Jepang. Semoga informasi ini bisa menjawab rasa penasaran teman-teman, ya.