Nah, sikap positif itu bisa menjadi toxic jika kita mengabaikan emosi negatif di dalam diri.
"Kalau kamu terlalu positif sampai kamu takut dengan emosi negatif itu sudah dianggap toxic, itu karena emosi negatif ini kamu buang fungsinya," jelas Hasan.
Intinya, berpikir positif itu baik, namun, kita juga harus menerima emosi negatif dalam diri kita, alih-alih mengabaikannya.
Lalu, sebenarnya apa fungsi memiliki emosi negatif di dalam diri?
Hasan mengatakan, emosi negatif - seperti takut, sedih, kecewa, dan sebagaina - bisa memberitahu kita tentang sesuatu yang berbahaya atau yang harus kita perbaiki.
"Contohnya takut. Takut membuat kita berhati-hati dengan apa yang kita hadapi."
"Jika kita tidak merasakan rasa negatif takut itu, misalnya kamu nggak pinter komunikasi publik, nggak punya pengalaman atau keahlian, tapi tiba-tiba disuruh public speaking lalu kita pede nggak ada rasa takut, maju ke depan. Karena nggak punya rasa takut dan malu, kita ngomong seadanya," jelas Hasan memberi contoh.
Menurutnya, rasa takut yang kita rasakan diciptakan agar kita bisa berhati-hati dengan sesuatu yang belum waktu kita hadapi.
"Selama kamu sadar sikap positifmu untuk mendapat apa yang kamu mau, tanpa harus menghilangkan kehati-hatianmu, berpikir rasionalmu, maka positifmu masih aman," tegasnya.
Nah, semoga bermanfaat ya!
Artikel ini telah terbit di https://nova.grid.id/read/053161659/pintar-atur-emosi-ini-bedanya-toxic-positivity-dan-berpikiran-positif?page=all