Kalau enggak ada sambal atau makanannya tak terasa pedas, ia pun ogah makan.
Padahal, makanan pedas memiliki sifat iritasi terhadap saluran cerna.
Coba saja gosok-gosokkan cabai ke kulit. Nah, kulit terasa panas, bukan?
Itu pula yang terjadi pada saluran cerna. Sifat-sifat iritasi yang dihasilkan oleh makanan pedas ini, sering menyebabkan iritasi pada selaput lendir saluran cerna (mukosa).
Jika iritasi akibat suasana panas di saluran cerna sering terjadi, lama-lama selaput itu akan menipis.
Jika sering mengonsumsi makanan pedas dan dilakukan dalam periode lama, yang bersangkutan umumnya akan menderita penyakit gastritis (yang kita kenal dengan sakit maag).
Memang, jarang terjadi makanan pedas bisa mengakibatkan infeksi usus, sebab pada saat gastritis menyerang, umumnya segera dilakukan pengobatan. Infeksi usus bisa saja terjadi bila sakit lambung ini berlangsung lama.
Rangsangan iritasi yang terjadi bila makan makanan pedas, antara lain muncul dalam bentuk mulas dan sakit perut.
Bahkan, mungkin diare yang berarti telah terjadi iritasi pada seluruh saluran cerna.
Untuk mengatasinya, minumkan anak larutan air gula, juga obat pencegah infeksi atau obat-obatan untuk mengatasi mag.
Parah tidaknya dampak rangsangan iritasi tersebut tergantung pada konsentrasi, jumlah, dan kebiasaan makan pedasnya. Yang jelas, pada setiap anak berbeda kasusnya.
Ada yang konsentrasi pedasnya sedikit saja, anak sudah sakit perut dan mencret. Ada yang makan pedasnya banyak, tapi tak apa-apa. Jadi, dampak yang ditimbulkan pun berbeda-beda. (Sumber: Tabloid Nakita)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News