Guna mengoptimalkan produksi migas, Menteri ESDM mendorong pemanfaatan teknologi modern untuk diaplikasikan pada sumur-sumur tua. Capaian ini diharapkan sejalan dengan target pemerintah mewujudkan produksi minyak satu juta barel per hari di tahun 2030.
"Kita lihat sumber-sumber minyak kita ini sudah tua, memang perlu upaya-upaya keras dengan teknokogi yang baru yang tentu saja akan memakan biaya. Kita memang sedang mengupayakan supaya bisa mencapai target satu juta barel per hari di 2030," ujar Arifin.
Namun demikian, untuk mencapai target satu juta barrel per hari membutuhkan waktu yang relatif lama antara 7 hingga 10 tahun mulai dari penemuan, eksplorasi dan eksploitasi.
"Untuk bisa memompa minyak butuh waktu 7-10 tahun mulai dari penemuan, eksplorasi dan eksploitasi. Dan kita memiliki indikasi sumur-sumur baru yang bisa kita upayakan untuk dipercepat," ungkapnya.
Arifin mengungkapkan, pemerintah memahami sektor migas masih bisa dioptimalkan di masa transisi energi bersih. Terlebih, penjualan kendaraan bermotor baik roda dua maupun empat sangat signifikan di Indonesia.
"Saat ini ada 150 juta unit yang mengkonsumsi BBM. Ini harus kita respon. Di lain sisi, kita harus mempercepat energi alternatif, yaitu EBT yang bukan berasal dari fosil," jelas Arifin.
Sektor migas sendiri punya tantangan besar di masa transisi lantaran banyak perusahaan global yang berbondong-bondong beralih ke energi terbarukan.
"Tantangan yang kita hadapi saat ini adalah kompetisi bagaimana menciptakan iklim investasi yang lebih menarik agar mereka tetap tertarik untuk dateng ke sini," ungkap Arifin.
Salah satu yang harus diakomodir adalah penyempurnaan regulasi. Arifin mengungkapkan revisi Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi perlu segera dituntaskan demi menciptakan iklim investasi yang menarik. Dia menegaskan, keberadaan UU Migas baru diharapkan bisa memberikan kepastian hukum kepada para investor.
"Kami sepakat upaya untuk mempercepat undang-undang ini agar bisa diakselerasi. Sehingga kita bisa mengoptimalkan sumber daya alam khususnya migas kita yang masih ada dalam masa transisi energi bersih. Waktu kita ini singkat, kalau kita tidak bisa mendorong ini, kita akan terlambat," tegas Arifin.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menteri ESDM Sepakati Asumsi Makro RAPBN 2023, ICP Dipatok 95 Dollar AS Per Barrel", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2022/09/09/211500226/menteri-esdm-sepakati-asumsi-makro-rapbn-2023-icp-dipatok-95-dollar-as-per?page=2.