"Bisa dibayangkan ketika suhu oli CVT panas karena putaran yang tinggi, terus ada fail safe mode yang mengurangi tenaga transmisi, tentu pengendara akan semakin menginjak pedal gas lebih dalam, ini yang dinamakam memaksakan," ucap Hardi.
Sehingga, dia menyarankan supaya penggunaan mobil dengan CVT sebaiknya menghindari jalan yang menanjak. Selain tidak cocok, kerja CVT yang terlalu berat akan mudah merusak komponen di dalam transmisi.
Hal serupa juga disampaikan pemilik Hermas Efendi Prabowo pemilik Worner Matic. Menurutnya, transmisi CVT memang didesain khusus untuk mobil dengan medan yang landai seperti perkotaan.
“Gearbox CVT sejak awal memang dirancang dan didesain untuk tujuan kenyamanan berkendara. Halus dan mulus, nyaris tanpa ayunan apalagi entakan saat perubahan rasio dan pertambahan percepatan,” ucap Hermas kepada Kompas.com, Minggu (25/9/2022).
“Sangat cocok untuk kendaraan yang beban ringan, dan untuk jalanan kota atau luar kota yang datar atau landai, tidak di jalanan yg naik turun ekstrem,” ucap Hermas.
Dia menjelaskan, bila dipaksakan melibas tanjakan yang curam, mobil dengan transmisi CVT bisa mengalami kerusakan.
“Kalau dipaksakan timbul slip pada CVT assy yang bisa merusak sabuk baja dan puli, selip memproduksi serbuk dan debris yang berbahaya bagi kelancaran dan stabilitas tekanan oli matic yang pada akhirnya memicu sumbatan, akan membuat gearbox matik CVT rontok dan gagal bekerja,” ucap Hermas.
Jadi, mobil dengan transmisi CVT memang tidak cocok digunakan di medan jalan yang naik turun ekstrem karena karakternya memang demikian.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mitos atau Fakta, Transmisi CVT Tak Cocok Buat Tanjakan?", Klik untuk baca: https://otomotif.kompas.com/read/2022/09/25/142200615/mitos-atau-fakta-transmisi-cvt-tak-cocok-buat-tanjakan-?page=all#page2.