"Saya berharap kondisi ini menjadi perhatian kita bersama. Sekolah pulang jam 4 sore itu, secara psikologis anak juga kurang baik. Mereka tidak punya waktu bersosialisasi, melewati hari bersama keluarga. Belum lagi ditambah kegiatan ekstrakurikuler," ujar Imam kepada Bangka Pos, Rabu (5/10/2022).
Bakat dan Karakter
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Ervawi, mengatakan, penerapan kebijakan full day school sudah dimulai tahun 2017 lalu. Dia menjelaskan, sebanyak 129 sekolah SMA dan SMK baik negeri maupun swasta di Bangka Belitung sudah menerapkan sekolah 8 jam sehari.
Rinciannya 70 SMA yakni 45 SMA negeri dan 25 SMA swasta, serta untuk SMK ada 59 SMK yakni 36 SMK negeri dan 23 SMK swasta.
"Semuanya sudah full day, Alhamdulilah, anak-anak dan guru sudah terbiasa," ujar Ervawi, Kamis (6/10/2022).
Ia menjelaskan, guru atau ASN pulang jam 16.00 WIB karena jam wajib untuk bekerjanya memang 8 jam.
"Jadi enggak jadi masalah guru, kalau guru ada atau tidak full day tetap pulang jam 4 sore," imbuhnya.
Lebih lanjut, dia menilai dengan full day school, anak-anak juga akan lebih fokus belajar dan bisa leluasa melaksanakan ekstrakurikuler.
"Sebenarnya sama saja, artinya biasa jam 2 siang, dialihkan jam 4 sore. Jam-jam yang dilakukan pembelajaran lebih fokus dan kontinu, serta bisa pengembangan bakat, kreativitas dan karakter," katanya.
Dengan full day school, Ervawi menyebut waktu anak-anak akan digunakan dengan hal yang baik.
"Karena anak-anak ini, energi harus dihabiskan. Kalau tidak dihabiskan itu bahaya, bisa hilang kemana-mana, bisa kegiatan yang negatif," katanya.
Ervawi menyakini pembelajaran full day school tidak akan membosankan, karena selama 8 jam tidak hanya di kelas saja.
"Tidak hanya di kelas, tetapi proses pembelajaran bisa di lingkungan juga, atau di tempat lain juga sehingga kita tetap mempertahankan full day," ucap Ervawi.
Ada Sisi Positif dan Negatifnya
Dosen Psikologi IAIN SAS Babel, Siska Dwi Paramita, menilai, penerapan kebijakan full day school memiliki sisi positif dan negatif. Sisi negatifnya, para siswa dan guru akan merasakan kelelahan secara fisik karena kurangnya waktu beristirahat. Sehingga kelelahan fisik akan berdampak terhadap psikologis seseorang.
Saat seseorang merasa lelah maka akan cenderung lebih mudah marah, kesal dan bad mood. Sehingga, hal inilah yang perlu dihindari. Artinya jika full day school diwajibkan, maka sebaiknya ada aturan-aturan. Salah satunya memberikan waktu kepada guru maupun murid untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan kembali aktivitas tambahan di sekolah.
Namun, karena ini kebijakan pemerintah, baik siswa orangtua maupun guru mau tidak mau harus mengikuti kebijakan tersebut. Oleh karena itu, perlunya diatur kembali penjadwalan atau kegiatan yang akan dilakukan selama 8 jam berada di sekolah.
Selanjutnya terkait sisi positif, siswa menghabiskan waktu dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan pihak sekolah sudah memiliki jadwal yang telah disesuaikan. Tak hanya itu, kegiatan full day school ini dapat menghindari pergaulan di luar batas yang tidak dipantau oleh orang yang lebih tua.
Di sisi lain, para siswa mendapatkan pelajaran tambahan dan pendampingan dari guru secara langsung kemudian diberikan juga waktu yang cukup untuk bersosialisasi dengan teman-teman di sekolah. Namun, waktu bersama keluarga menjadi berkurang.
Sebenarnya bukan masalah kuantitas atau pertemuan yang banyak atau sedikit namun lebih ke kualitas. Meskipun waktu bersama keluarga menjadi lebih sedikit, namun jika waktu digunakan dengan berkualitas, artinya ada quality time, maka hal itu tak jadi masalah.
Seperti makan bersama, meluangkan waktu untuk bercerita antara satu dengan lainnya, dan menghabiskan waktu bersama-sama dengan kegiatan yang bisa dilakukan di rumah.
Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Full Day School Bikin Waktu Istirahat dan Bermain Jadi Berkurang, Siswa Mengaku Kelelahan, https://bangka.tribunnews.com/2022/10/10/full-day-school-bikin-waktu-istirahat-dan-bermain-jadi-berkurang-siswa-mengaku-kelelahan?page=all.