SONORABANGKA.ID - PT PLN (Persero) melakukan berbagai upaya untuk mendorong transisi energi. Menurut Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), langkah PLN tersebut perlu diapresiasi dan didukung karena inisiatif ini konkret terealisasi.
Energy Finance Analyst IEEFA Elrika Hamdi menjelaskan, dulu 80 persen pembiayaan pembangkit yang masuk ke Indonesia untuk pembangkit batubara. Sementara, seiring perubahan global saat ini negara seperti Jepang, Cina dan Korea lebih banyak mengalokasikan pembiayaan untuk energi bersih.
"Maka ini seiring dengan rencana PLN dalam meningkatkan porsi energi bersih di sektor pembangkitan. Hal ini perlu didukung sebagai langkah bersama revolusi energi global," ujar Elrika.
Elrika menilai untuk bisa mempercepat agenda transisi energi ini diperlukan langkah kunci. Pertama, perlu adanya kerangka kebijakan yang dirancang dengan baik dan penuh insentif yang memudahkan investor masuk ke Indonesia.
Kedua, memaksimalkan potensi sumber daya alam yang saat ini dimiliki Indonesia sebagai basis energi. Hal ini sudah dilakukan PLN dengan memetakan potensi sumber daya alam dalam mendukung ketahanan energi dan juga energi yang efisien.
"Ketiga aksi pemerintah Indonesia dalam meluncurkan Energy Transition Mechanism (ETM) adalah langkah progresif yang perlu didukung untuk bisa memudahkan skema investasi yang menguntungkan dan memudahkan," ujar Elrika.
Keempat adalah menyelaraskan dan membangun kepercayaan investor dan juga lenders dalam memberikan pembiayaan hijau yang murah dan berbunga rendah.
"Tentu saja hal ini perlu didukung dengan transparansi dan akuntabilitas dalam tata kelola pembiayaan," tambah Elrika.
Ia menilai, langkah yang dilakukan PLN dalam mengemas rencana proyek mampu meningkatkan kepercayaan investor dalam berinvestasi di sektor pembangkit EBT.
PLN juga perlu menciptakan teknologi agar pembangunan tetap mengutamakan efisiensi dan juga keandalan pasokan listrik.