"Filosofi ini menjadi bentuk harapan bagi pengantin wanita dan pria dalam menjalani kehidupan pernikahan," lanjutnya.
Melansir dari laman Kompas.com, paes ageng merupakan satu dari enam jenis tata rias pengantin yang berasal dari Yogyakarta.
Dibandingkan yang lain, riasan satu ini tergolong istimewa karena dulunya hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan di lingkungan kraton.
Seiring berjalannya waktu, gaya make up tersebut sudah bebas dipakai oleh berbagai kalangan di lokasi yang juga bervariasi.
Seperti yang disampaikan Erina, riasan ini memiliki makna yang begitu sakral sehingga juru riasnya juga perlu menjalani persiapan khusus.
Sebisa mungkin, mereka memiliki kekuatan batin serta kebersihan diri sehingga harus menjalani puasa untuk menghasilkan hasil riasan yang cantik, bersinar dan manglingi.
Unsur yang cukup mencolok dalam penggunaan paes ageng Yogyakarta adalah alis bercabang seperti tanduk, seperti yang terlihat di wajah Erina Gudono.
Disebut sebagai alis menjangan, bentuk alis ini melambangkan kecerdikan, kecerdasan, dan keanggunan hewan tersebut sebagai inspirasi karakter untuk pengantin perempuan.
Sedangkan cithak yang berupa tanda kecil di dahi dan terletak di antara alis, memiliki filosofi soal pola pikir perempuan.
Dengan riasan ini, diharapkan pengantin perempuan akan menjadi sosok yang berpikir ke depan, fokus, dan menjaga kesetiaan sebagai seorang istri.
Rias paes ageng Yogyakarta juga menyertakan centhung yang merupakan aksesori di kanan dan kiri kepala pengantin perempuan.
Centhung sendiri berjumlah dua buah dan menjadi lambang soal gerbang kehidupan baru yang baru saja dilalui oleh pengantin perempuan bersama pasangannya.
Wah ternyata bentuk alis tanduk rusa Erina yang belakangan ini masih menjadi sorotan memiliki makna mendalam, ya.
Namun selain itu, di setiap bagian pada riasan yang dikenakan juga ada syarat akan makna sakral.
Artikel ini telah terbit di https://www.parapuan.co/read/533613173/alis-erina-gudono-saat-akad-nikah-jadi-sorotan-ini-filosofi-paes-ageng-yogyakarta?page=all