SonoraBangka.id - Saat ini generasi sandwich menjadi momok menakutkan bagi milenial, apalagi yang sudah berkeluarga.
Ya, sejak dini anak wajib diajarkan mengenai pengaturan keuangan. Hal ini berguna agar kelak si anak tak jadi generasi sandwich.
Mereka tetap harus menanggung kehidupan orangtuanya, saat tengah membangun keluarga sendiri.
Kalau berkecukupan sih, tak apa. Tapi kalau pas-pasan? Kan kita juga yang mengalami tekanan hingga stres berkepanjangan.
Data BPS menunjukkan selama lima tahun terakhir, rasio ketergantungan lansia terus meningkat.
Saat ini saja, setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung 17 orang penduduk lansia.
Bila tren ini terus berjalan, beban generasi muda – baik milenial, Gen Z, maupun anak-anak mereka nantinya– akan makin berlipat ganda.
Rantai ini hanya bisa diputuskan bila generasi muda mulai merencanakan hari tuanya dari jauh-jauh hari dan juga mendidik generasi penerus agar dapat lebih bijak dalam mengelola keuangan mereka.
Salah satu caranya, ya, dengan edukasi dan membentuk kebiasaan keuangan yang baik sejak dini.
Ini merupakan PR besar bagi kita semua, mengingat tingkat literasi finansial orang dewasa di Indonesia hanya mencapai 38 persen dan remaja hanya 16 persen – jauh di bawah negara tetangga kita lainnya.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengajarkan tanggung jawab finansial sejak dini, salah satunya adalah dengan memberikan kebebasan terkontrol bagi anak untuk menggunakan dan merencanakan uang jajan mereka.
Selain itu, mengajarkan prioritas serta membiasakan menabung juga merupakan cara edukasi keuangan yang efektif bagi si kecil.
“Mengenalkan uang pada anak sejak dini artinya kita mengajak mereka menghargai uang sekaligus belajar berhitung. Saat menabung, anak mulai mengenal angka, belajar menahan diri, dan memahami mana yang jadi prioritas,” ujar Ratih Ibrahim, M.M., Psikolog Klinis, CEO & Founder Personal Growth.
Berita baiknya, sekarang edukasi keuangan dapat dilakukan dengan mudah dan praktis melalui aplikasi digital.
Bila selama ini lembaga keuangan dan aplikasi teknologi finansial hanya menyasar orang dewasa, kini telah hadir aplikasi Whiz yang dapat digunakan oleh orang tua dan anak dari usia 8 tahun untuk mendapatkan ilmu literasi finansial melalui pengalaman yang diberikan secara nyata, praktis dan menyenangkan.
Aplikasi Whiz baru saja meluncurkan aplikasi keuangan bagi keluarga pertama di Indonesia di mana orang tua dapat mengatur, menjadwalkan pengiriman, dan memonitor uang saku anak melalui dompet digital yang bisa digunakan di semua merchant yang menerima pembayaran elektronik via QRIS.
Tak hanya itu, orang tua juga dapat mengajarkan anak berbagai konsep keuangan, menghargai nilai uang dari usahanya, mengelola uang secara mandiri mulai dari mendapatkan hingga menyimpannya.
Di sisi lain, anak dapat bertransaksi secara independen layaknya orang dewasa sekaligus belajar menabung dan mengelola keuangannya. Dan orang tua tidak perlu khawatir lagi karena sekarang orang tua dapat memantau semua aktivitas anak dalam genggaman, menentukan limit pengeluaran anak dan mendapatkan notifikasi transaksi secara langsung.
Sejak didirikan oleh Dominic Sumarli, Agnes Lie, dan Frederick Widjaja tahun lalu, Whiz telah menerima dukungan dari beberapa investor terkemuka dunia seperti Sequoia dan Y Combinator.
Selain itu, Whiz telah memiliki izin uang elektronik dan transfer dana dari Bank Indonesia serta terdaftar di Kementerian Komunikasi dan Informasi.
“Generasi milenial merupakan generasi pertama dalam sejarah yang belum pasti lebih makmur daripada generasi orang tua mereka, walaupun mereka adalah generasi yang diberkati oleh revolusi digital. Kami tidak ingin ini berlanjut ke generasi selanjutnya,” jelas Dominic Sumarli, Co-Founder dan CEO Whiz.
Tentunya dengan aplikasi Whiz, penggunanya mampu mengontrol dan paham dengan literasi keuangan.
Artikel ini telah terbit di https://nova.grid.id/read/053447545/orangtua-wajib-ajarkan-anak-melek-keuangan-sejak-dini-demi-putus-rantai-sandwich-generation