SonoraBangka.id - Diketahui, pertumbuhan dan perkembangan pada 2 tahun pertama merupakan periode emas yang dapat memengaruhi kualitas hidup anak di masa depan.
Sejalan dengan hal tersebut, anak membutuhkan nutrisi yang cukup dan berkualitas untuk mengoptimalkan proses tumbuh kembang.
Dokter anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DR. dr. Lanny Christine Gultom, SpA(K) dalam acara webinar nasional bidan Indonesia yang diselenggarakan oleh Indofood Nutrition bersama Klikdokter, Ikatan Bidan Indonesia dan BKKBN tanggal 3 Maret 2023 menyampaikan pentingnya menjaga proses tumbuh dan kembang anak sejak dini agar terhindar dari masalah gizi (malnutrisi).
“Malnutrisi atau gangguan gizi bisa berupa kelebihan, kekurangan gizi dan kekurangan zat gizi mikro, ini harus diwaspadai karena dapat menghambat tumbuh kembang anak.
Seringkali terjadi kekurangan zat gizi mikro dan ini tidak disadari oleh para orang tua, sehingga dikenal sebagai hidden hunger, di mana anak tidak mendapat asupan vitamin dan mineral penting dalam jumlah cukup, seperti zat besi, zink, kalsium, vitamin A, B, C dan D,” jelas dr. Lanny.
dr. Lanny menambahkan bahwa kekurangan zat gizi mikro dapat menyebabkan tumbuh kembang anak tidak optimal, anemia, kecerdasan menurun, anak mudah sakit, penyakit mata, stunting dan sebagainya.
Kebutuhan zat gizi mikro dapat dipenuhi melalui makanan pendamping air susu ibu (MPASI) buatan rumah tangga (home-made) atau komersial. Namun, pemenuhan zat gizi mikro dengan menggunakan MPASI buatan rumah tangga menjadi tantangan bagi para ibu karena harus menekankan pemilihan bahan makanan yang merupakan sumber zat gizi mikro yang dibutuhkan dan memperhatikan kemampuan bayi untuk menghabiskan makanan yang diberikan (akseptabilitas).
Sementara itu, MPASI komersial yang difortifikasi dan mendapat ijin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) harus mengandung zat gizi makro dan mikro sesuai kebutuhan harian bayi berdasarkan Peraturan BPOM No 1 Tahun 2018 mengenai Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus.
Pada penelitian di Indonesia, kelompok bayi berusia antara 6-24 bulan yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan dan mengonsumsi MPASI buatan rumah tangga memiliki kadar hemoglobin, besi serum, dan feritin yang lebih rendah, serta berisiko lebih tinggi mengalami stunting dan wasting dibandingkan kelompok bayi berusia 6-24 bulan yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan dan mengkonsumsi MPASI komersial yang difortifikasi. (Irawan R, 2019).
Turut hadir sebagai pembicara webinar, dokter gizi dr. Putri Sakti, M.Gizi, Sp.GK, AIFO-K menyampaikan bahwa ada banyak bahan makanan kaya nutrisi yang dapat diolah menjadi MPASI di antaranya hati ayam, hati sapi, daging sapi, wortel, ikan, telur dan kurma.