SonoraBangka.ID - Sedang ramai dibicarakan di media sosial, sutradara serial dokumenter Netflix In the Name of God: A Holy Betrayal mengaku kisah asli dari cerita yang dia tayangkan itu jauh lebih mengerikan.
In the Name of God: A Holy Betrayal mendapatkan banyak perhatian karena kebenarannya yang keras tentang empat kultus Korea dan para korban yang terkena dampak kejahatan para pemimpin kultus tersebut.
Cho Sung Hyun, sutradara serial dan produser dokumenter di MBC, menceritakan bagaimana rasanya membuat serial dokumenter ini.
"Sejak saya masih muda, ada banyak orang di sekitar saya yang menjadi korban aliran sesat, dan setelah saya mulai membuat film dokumenter , topiknya hampir seperti pekerjaan rumah bagi saya," ujarnya.
Setelah bertahun-tahun mempelajari dan mengamati sekte-sekte ini, dia mengusulkan untuk membuat serial dokumenter tentang mereka ke Netflix.
Adegan pertama serial ini adalah cuplikan wawancara dengan Maple, korban dari kultus Christian Gospel Mission (juga dikenal sebagai JMS atau Providence).
Dalam sepuluh menit pertama serial tersebut, penonton dikejutkan dengan pengakuannya bahwa dia dilecehkan secara seksual oleh pemimpin Jeong Myeong Seok dan rekaman suara dia yang menyerangnya.
"Saya sadar ada kontroversi mengenai konten seksual, tapi yang penting semua yang dikatakan itu benar," ujar Cho.
Namun dari banyak orang yang mengaku tak kuat untuk melanjutkan menonton peristiwa tragis di dalam serial itu, Cho mengatakan, yang dia sajikan itu hanya 10 persen dari kisah sebenarnya.
"Sulit bagi kami untuk mendengarkan konten sambil mengumpulkan kesaksian karena ceritanya sangat traumatis," kata Cho.
"Namun demikian, kami harus mengatakan yang sebenarnya, dan kami hanya mengatakan apa yang perlu dikatakan yang menurunkan 'level' menjadi sepersepuluh dari kenyataan," imbuhnya.
Sutradara Cho Sung Hyun kemudian berbagi mengapa dia menambahkan rekaman suara dari kekerasan seksual tersebut sebagai adegan pertama serial itu.
Meskipun penonton akan merasa terganggu dan sulit untuk mendengarkan, dia percaya bahwa anggota JMS akan menonton serial dokumenter karena penasaran, dan dia ingin sepuluh menit pertama menunjukkan kepada mereka semua yang perlu mereka ketahui tentang kultus tersebut, menyadari kebenaran dan bertanya, "Apakah dia benar-benar Messiah?"
Sambil menyoroti empat sekte melalui dokumenternya, Cho mengatakan bahwa dia fokus pada peristiwa dan agama yang sangat merusak martabat manusia dan mendekati area yang paling aktif dibagikan dan diinformasikan oleh para korban.
Dia juga mengumumkan rencana tak terduga untuk musim kedua.
"Saya tidak punya rencana untuk membuat season 2 bahkan ketika acara ini pertama kali dirilis, tetapi saya berubah pikiran ketika saya melihat orang-orang meninggalkan sekte setelah menonton 'In The Name Of God: A Holy Betrayal," ujarnya.
In The Name of God: A Holy Betrayal menceritakan kebangkitan dan kejatuhan beberapa pemimpin sekte Korea yang memanipulasi dan mengeksploitasi pengikut mereka dengan cara yang keji.
Tiga episode pertama, khususnya, mengejutkan penonton dengan dramatisasi mengerikan dari peristiwa nyata yang menunjukkan bagaimana Misi Injil Kristen (juga dikenal sebagai JMS). Namun nama JMS ini juga dikaitkan dengan nama pendirinya, Jeong Myeong Seok.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Banyak Orang Tak Kuat Nonton In The Name of God: A Holy Betrayal, Sutradara: Itu Hanya 10 Persen dari Kisah Sebenarnya", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/hype/read/2023/03/07/223815466/banyak-orang-tak-kuat-nonton-in-the-name-of-god-a-holy-betrayal-sutradara.