Pelaku sering kali mengendalikan kehidupan mereka secara keseluruhan, membatasi akses mereka terhadap sumber daya dan dukungan luar.
Tanpa dukungan sosial dan sumber daya yang memadai, perempuan mungkin merasa terjebak dan sulit untuk mencari jalan keluar.
3. Rasa Bersalah dan Rendah Diri
Perempuan yang mengalami kekerasan fisik dalam hubungan biasanya kerap merasa bersalah.
Mereka juga merasa dirinya yang bertanggung jawab atas kekerasan yang mereka alami.
Pelaku sering menggunakan taktik manipulasi dan pengendalian untuk mengendurkan mental dan emosional pasangan mereka.
Ini dapat menyebabkan perempuan merasa rendah diri, kehilangan kepercayaan diri, dan percaya mereka tidak pantas mendapatkan kehidupan lebih baik.
4. Siklus Kekerasan dan Harapan Perubahan
Siklus kekerasan adalah pola di mana kekerasan fisik diikuti oleh periode penyesalan, cinta, dan kebaikan dari pelaku.
Pelaku sering kali berjanji akan berubah dan memberi harapan bahwa hubungan akan membaik.
Perempuan yang mengalami hal ini mungkin tetap bertahan dengan harapan pelaku akan berubah dan hubungan mereka dapat kembali normal.
5. Keterbatasan Dukungan (Support System)
Kadang-kadang, perempuan yang mengalami kekerasan fisik dalam hubungan menghadapi keterbatasan sistem dukungan yang ada.
Mungkin sulit bagi mereka untuk mendapatkan bantuan hukum, perlindungan, atau sosial yang dibutuhkan untuk melarikan diri dari kekerasan.
Kurangnya sumber daya dan jaringan yang memadai dapat membuat perempuan merasa terjebak serta sulit untuk mencari bantuan.
Jadi, itulah beberapa alasan yang membuat perempuan bertahan dalam hubungan penuh kekerasan.
Nah, semoga saja informasi di atas berguna dan menambah wawasan, ya.
Artikel ini telah terbit di https://www.parapuan.co/read/533802674/ternyata-ini-alasan-perempuan-bertahan-di-hubungan-penuh-kekerasan?page=all