SonoraBangka.id - Umaeroh (33) menyapa ramah etiap orang yang berjalan di depan lapak tempatnya bekerja, lantai dasar kawasan Bangka Trade Center (BTC), Kota Pangkalpinang.
Hal itu selalu lakukannya agar ada pengunjung yang tertarik untuk melihat koleksi berbagai baju wanita yang dijual di tempatnya.
Seperti di ketahui, sebagai salah satu pusat ekonomi di Pulau Bangka, BTC Pangkalpinang biasanya dikenal selalu ramai pengunjung yang berbelanja ketika momen hari libur nasional.
Tetapi pada akhir-akhir ini, pemandangan itu jarang sekali terlihat, kecuali menjelang momen-momen tertentu seperti lebaran atau hari besar lainnya.
"Sekarang ini, setiap hari ada yang laku dua barang saja sudah alhamdulillah. Ya karena memang seperti ini keadaannya, orang yang lewat saja hanya beberapa, itu belum tentu beli," ungkap Umaeroh yang ditemui Bangkapos.com, Kamis (28/9/2023).
Ibu dua anak itu menambahkan, kondisi itu terjadi tak lepas dari maraknya jual beli atau transaksi yang dilakukan menggunakan sarana media elektronik atau melalui e-commerce.
"Ya gimana, sekarang dari hp orang-orang juga bisa belanja. Banyak juga yang barangnya langsung dari luar, jadi kami bayar sewa kios ini saja juga susah, kalau sewa perbulan lebih dari satu juta, belum upah saya, bos pasti pusing juga," keluhnya.
Untuk itu, ia dan pemilik toko tempatnya bekerja juga meminta perhatian dari pemerintah atau pihak terkait atas kondisi yang terjadi saat ini.
"Jangan hanya online shop yang didukung, kami kan juga UMKM. Semoga larangan TikTok shop atau apa itu, bisa memperbaiki kondisi ini. Karena kalau orang beli dari luar, uang masuk ke orang lain juga. Kalau beli di sini uang itu bisa memutar ekonomi di sini, tapi karena harga mereka seperti itu, kita bisa apa," sebutnya.
Sementara itu, Vany wanita 24 tahun yang bekerja di toko jilbab kawasan BTC, mengaku mengapresiasi apabila memang ada pembatasan, pelarangan atau pengetatan aturan berjualan di aplikasi Tiktok.
"Mereka (di aplikasi Tiktok) itu kan harganya biasa sangat murah, saya juga tidak tau bia seperti itu. Kalau disini harga sama seperti di Tiktok, nanti saya yang malah tidak digaji," sebutnya.
Untuk itu ia meminta agar ada solusi untuk kebaikan bersama, agar penjualan offline seperti apa yang dilakukannya di BTC Pangkalpinang bisa terus bertahan.
"Kalau seperti ini tidak tahu ke depan seperti apa. Kalau bos kan harus bayar sewa yang lumayan juga kalau di BTC ini, gaji saya, tentu kalau tidak dapat untung, tidak tahu juga beliau mau bertahan sampai kapan," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Terus Tergerus E-commerce, Pedagang di BTC Pangkalpinang Minta Perhatian dari Pihak Terkait, https://bangka.tribunnews.com/2023/09/28/terus-tergerus-e-commerce-pedagang-di-btc-pangkalpinang-minta-perhatian-dari-pihak-terkait.