SonoraBangka.ID - Harga tiket pesawat diperkirakan akan mengalami penurunan pada 2024 seiring berakhirnya pandemi. Beberapa laporan juga menunjukkan stabilisasi di beberapa metrik utama, seiring dimulainya era kenormalan baru.
International Air Transport Association (IATA) memperkirakan kapasitas penerbangan global akan pulih, setelah adanya kenaikan jumlah penerbangan pada 2023.
Pada 2023, jumlah penerbangan tercatat sebanyak 40 juta penerbangan atau sekitar 4,7 miliar orang dibanding 2019 sebesar 38,9 juta penerbangan, atau 4,5 miliar orang pada 2019.
“Tahun 2024 diperkirakan akan menandai berakhirnya peningkatan dramatis dari tahun ke tahun yang menjadi ciri pemulihan pada tahun 2021-2023,” mengutip laporan IATA, Desember 2023, mengutip CNBC.
AMEX GBT Consulting mengungkapkan, ketika permintaan perjalanan rekreasi melemah dan “revenge travel” berakhir, jumlah permintaan di industri penerbangan komersial akan mencapai keseimbangan. Hal ini dinilai akan membantu menstabilkan harga tiket pesawat pada 2024.
Laporan Tren Global FCM memperkirakan, harga tiket pesawat global diperkirakan akan meningkat antara 3 persen hingga 7 persen pada 2024. Ini karena maskapai penerbangan dibebani oleh tingginya biaya bahan bakar, perubahan konsep keberlanjutan, dan peningkatan armada.
Namun, beberapa laporan lain memperkirakan harga penerbangan akan melemah. Perusahaan pengaturan perjalanan BCD Travel memperkirakan tarif global akan turun pada 2024, namun kurang dari 1 persen dibandingkan tahun 2023.
Travel Market Report 2024 Outlook memperkirakan, ada penurunan yang lebih besar pada harga tiket pesawat dari dan ke Asia (3 persen untuk kelas bisnis, dan hampir 4 persen untuk kelas).
“Setelah kenaikan tarif baru-baru ini, kita memperkirakan akan terjadi sedikit koreksi harga di 2024, meskipun harga yang mendasarinya secara umum akan tetap kuat,” kata John Grant, Chief Analyst at the Travel Data Company OAG.
Sementara itu, “Air Monitor 2024” dari AMEX memperkirakan harga tiket pesawat internasional akan turun pada 2024 terutama untuk penerbangan Amerika Utara dan Asia. Laporan tersebut menyatakan tarif regional akan tetap stabil dan ada sedikit peningkatan.
Laporan BCD Travel menyebutkan, pertumbuhan ekonomi global tahun lalu dibayangi oleh tingginya inflasi dan tingginya suku bunga. Di sisi lain, terjadi dampak pengetatan kebijakan terhadap perekonomian yang lebih luas dengan periode waktu yang lebih lama.
Laporan tersebut menguraikan tekanan lain yang dihadapi industri ini, termasuk masalah geopolitik, rantai pasokan, kekurangan staf, dan kenaikan biaya bahan bakar, dan tenaga kerja.
Namun, beberapa hal mungkin akan mendukung industri penerbangan tahun ini, termasuk kembalinya perjalanan bisnis yang telah lama ditunggu-tunggu, dan diperkirakan akan meningkat pada 2024.
Proyeksi IATA, pendapatan dan keuntungan industri bakal meningkat pada 2024. Asosiasi tersebut memperkirakan pendapatan global akan mencapai rekor 964 miliar dollar AS tahun depan, dengan laba bersih 25,7 miliar dollar AS.
Ini akan menjadi margin laba bersih sebesar 2,7 persen, sedikit meningkat dari margin laba 2,6 persen yang diharapkan pada tahun 2023.
Namun, IATA juga menyatakan bahwa industri menghadapi tantangan yang cukup besar, mulai dari persaingan pelanggan, biaya operasional yang tinggi, hingga peraturan pemerintah.
“Orang-orang suka bepergian dan hal ini telah membantu maskapai penerbangan untuk kembali ke tingkat konektivitas sebelum pandemi,” kata Direktur Jenderal IATA Willie Walsh.
Namun keuntungan industri dinilai perlu ditempatkan pada perspektif yang tepat. Meskipun pemulihannya mengesankan, margin laba bersih sebesar 2,7 persen masih jauh di bawah apa yang dapat diterima oleh investor di hampir semua industri lainnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Harga Tiket Pesawat secara Global Diprediksi Turun pada 2024", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2024/01/08/150000126/harga-tiket-pesawat-secara-global-diprediksi-turun-pada-2024.