SONORABANGKA.ID - Adalah Unggahan warganet yang menanyakan, kenapa bangunan zaman kolonial Belanda bisa memiliki hawa dingin dan sejuk meski tak memakai pendingin ruangan, viral di media sosial.
Pertanyaan tersebut salah satunya diunggah oleh akun X (Twitter) @sexy_killer404 pada Selasa (8/10/2024).
“Mengapa rumah atau bangunan jaman kolonial berhawa sejuk atau dingin meskipun tidak memakai ac ?” bunyi keterangan dalam unggahan.
Hingga Kamis (10/10/2024), unggahan tersebut sudah dilihat lebih dari 1 juta kali dan mendapat setidaknya 42.000 likes.
Selain itu, ratusan warganet merespons pertanyaan itu di dalam kolom komentar unggahan.
Kebanyakan dari mereka berspekulasi bahwa hawa sejuk atau dingin tersebut dikarenakan struktur bangunannya, seperti ventilasi, jendela, dinding, plafon, dan sebagainya.
Lantas, mengapa bangunan zaman kolonial berhawa dingin dan sejuk meski tanpa pendingin ruangan?
Penyebab bangunan zaman Belanda terasa dingin
Dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Ashar Saputra mengungkapkan ada beberapa faktor yang memengaruhi bangunan Belanda terasa sejuk atau dingin.
Salah satunya karena bangunan zaman Belanda dilengkapi dengan sistem atau ventilasi sirkulasi udara yang baik.
Faktor lainnya ang membuat bangunan lawas terasa sejuk atau dingin yakni penggunaan batu bata serta struktur bangunan dengan dinding yang tebal.
Menurut Ashar, batu bata yang tebal pada dinding bangunan lawas secara teori akan meredam panas dari luar.
Selain itu, bangunan lawas zaman Belanda juga menggunakan lantai teraso yang bisa menyerap panas. Biasanya, lantai atau ubin jenis ini terbuat dari marmer, granit, dan batu alam.
Kemudian ciri-ciri dari bangunan Belanda berikutnya, umumnya identik dengan warna yang tak mencolok, seperti putih, krem, dan coklat.
Jendela dan pintu lubang angin mempengaruhi
Dosen Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) Dalhar Susanto mengatakan, banyaknya jendela dan pintu dengan lubang angin, mendukung sirkulasi udara yang baik.
Hal itu juga merupakan salah satu ciri-ciri dari bangunan zaman kolonial Belanda.
Tinggi langit-langit atau plafon yang cukup tinggi dari umumnya bangunan saat ini, membuat sirkulasi udara dalam ruangan menjadi cukup baik.
Selain itu, ia menambahkan bahwa bangunan Belanda mempunyai atap tinggi, dengan dilengkapi ruang bawah atap atau loteng (attic room) yang cukup besar.
Loteng ini dapat menangkap udara panas juga menyalurkannya kembali ke luar ruangan, sehingga tidak menjalar ke ruangan di bawahnya.
Ashar juga menyebutkan, bangunan Belanda juga memiliki atap bagian pinggir atau tritisan di luar ruangan yang lebar.
Hal tersebut membuat dinding bangunan menjadi relatif terlindung dari panas, sehingga pancaran radiasi yang masuk ke dalam ruangan relatif rendah.
Dosen Teknologi Bangunan Departemen Arsitektur Universitas Indonesia (UI) Widyarko menambahkan, bangunan atau rumah Belanda mempunyai sistem ventilasi silang yang baik.
Hal itulah yang membuat udara di dalam ruangan menjadi tidak jenuh.
Udara jenuh tersebut akan terdorong ke luar ruangan oleh udara segar yang menggantikannya melalui ventilasi berbeda.
Umumnya, bangunan kolonial juga berdiri di lahan atau tanah yang luas, sehingga memungkinkannya untuk tidak berdempetan dengan tetangganya.
"Ini membuat posisi jendela ventilasi bisa terpasang di seluruh sisi dinding," tutur Widyarko.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenapa Bangunan Zaman Belanda Sejuk meski Tak Memakai Kipas dan AC?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2024/10/27/133000765/kenapa-bangunan-zaman-belanda-sejuk-meski-tak-memakai-kipas-dan-ac-?page=all#page2.