Prasetyadi menyampaikan, perawatan kulit harus disesuaikan dengan jenis kulit masing-masing. Pasalnya, setiap orang memiliki jenis kulit yang berbeda-beda.
Bahkan, jenis kulit dalam satu keluarga belum tentu sama satu dengan yang lain. Begitu juga dengan anak kembar.
Sesuai pemahaman di bidang Dermatologi Venereologi dan Estetika, dikenal ada enam jenis kulit menurut Fitzpatrick. Masing-masing jenis kulit tersebut memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda.
Nah, Prasetyadi menerangkan, merujuk pada faktor demografis dan geografis, jenis kulit orang Indonesia mayoritas adalah tipe IV atau V menurut Fitzpatrick Skin Type, yaitu memiliki kulit sawo matang.
Hal ini berbeda dengan orang Asia Timur, Eropa, maupun Amerika Utara yang cenderung memiliki kulit yang putih.
"Kita tidak mudah mengalami sunburn (terbakar surya), tetapi rentan mengalami tanning (gampang mengalami kecoklatan atau kehitaman)," kata Prasetyadi.
Dibandingkan orang-orang Asia Timur, Eropa, dan Amerika Serikat, populasi orang Indonesia seharusnya tidak mudah terkena kanker kulit.
Tapi faktanya, Prasetyadi berkata, saat ini kanker kulit, terutama Karsinoma Sel Basal, termasuk 10 penyakit kanker yang paling banyak dijumpai di Indonesia.
Jangan asal memilih klinik perawatan
Globalisasi di dunia kosmetik menimbulkan tren kulit putih serupa orang Asia Timur, misalnya Korea Selatan.
Orang Korea Selatan dikenal memiliki kulit putih bersih, glowing, dan pori-pori yang kecil.
Dari sini, Prasetyadi mengingatkan, jenis kulit orang Korea Selatan berbeda dengan orang Indonesia.
"Masyarakat senang sekali kalau wajah kita putih, wajah kita glowing seperti orang-orang Korea. Padahal yang paling penting sebenarnya adalah bagaimana kita selalu menjaga kulit wajah kita selalu sehat dalam kehidupan kita sehari-hari," terang dia.
Menurut Prasetyadi, masyarakat perlu mendapat lebih banyak edukasi yang memadai terkait perawatan kulit, baik kulit wajah maupun bagian kulit lainnya.
Masyarakat juga penting memahami adanya perbedaan antara kosmetik dengan cosmeceutical, yang sering diberikan oleh dokter spesialis dermatologi, venereologi, dan estetika, maupun oleh dokter-dokter umum yang melakukan pelayanan estetika.
Cosmeceutical adalah kosmetik yang di dalamnya mengandung bahan aktif atau sejenis obat. Kalau sudah menggunakan bahan cosmeceutical, kewenangan tentunya harus menggunakan resep dokter.
"Cosmeceutical tidak bisa dilakukan pembelian secara daring, secara massal, oleh karena tiap orang memiliki problema kulit yang berbeda-beda," kata dokter kulit yang sehari hari praktik di RSUD dr. Moewardi Solo dan mengajar di Fakultas Kedokteran UNS Solo tersebut.
Oleh karena itu, kata dia, masyarakat wajib menanyakan kepada klinik yang dipilih terkait kosmetik jenis apa yang akan dipakai, apakah termasuk golongan kosmetik atau cosmeceutical.
"Masyarakat juga harus paham resiko, manfaat, efek samping atau efek yang tidak diinginkan apabila menggunakan bahan cosmeceutical tersebut," jelasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tak Harus Putih, Ini Cara Merawat Kulit Wajah yang Sehat Menurut Dokter", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2024/12/28/120000065/tak-harus-putih-ini-cara-merawat-kulit-wajah-yang-sehat-menurut-dokter?page=all#page2.