Para ahli menyalahkan lambatnya proses regenerasi disebabkan oleh jumlah pernikahan yang berkurang dalam beberapa tahun terakhir, terutama saat pandemi Covid-19.
Bahkan, ekonom dari Japan Research Institute, Takumi Fujinami memprediksi ini akan berlanjut hingga tahun 2025.
Tapi, jumlah pernikahan naik tipis 2,2 persen menjadi 499.999 pada tahun 2024 usai sempat menurun tajam, seperti pada 2020 yang anjlok hingga 12,7 persen.
Peningkatan ini dinilai berkat upaya pemerintah memperluas fasilitas penitipan anak, memberikan subsidi perumahan, serta meluncurkan aplikasi kencan yang dikelola pemerintah untuk mendorong pernikahan dan kelahiran anak.
Bertolak belakang dengan Korea Selatan
Data angka kelahiran terbaru Jepang ini bertolak belakang dengan Korea Selatan (Korsel) yang juga mengalami masalah demografi.
Namun, baru-baru ini, pemerintah Korsel mengumumkan peningkatan angka kesuburan (fertility rate) untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun terakhir.
Merujuk data yang dirilis Badan Statistik Korsel pada Rabu (26/2/2025), angka kesuburan, yang mengacu pada rata-rata jumlah anak yang akan dilahirkan oleh perempuan selama masa reproduksi, mencapai sebesar 0,75 pada 2024, naik 0,03 dari tahun sebelumnya.
Para ahli percaya, perubahan positif ini adalah hasil dari dukungan pemerintah dalam pengasuhan anak dan perumahan, keseimbangan pekerjaan dan keluarga, serta kampanye ke perusahaan untuk mendorong pekerja memiliki anak.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Semakin Merosot, Jepang Catat Angka Kelahiran Paling Rendah dalam 125 Tahun", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2025/02/28/173000365/semakin-merosot-jepang-catat-angka-kelahiran-paling-rendah-dalam-125-tahun.