Joko Anwar menjelaskan soal biaya produksi film di Tanah Air yang harganya dapat mencapai Rp 100 miliar termahal. "Kalau kita omong sebuah proyek film, film sekarang dengan budget rendah itu sampai dengan Rp 3 miliar.
Menengah itu Rp 6-7 miliar. Di atasnya ada high budget, ada film Indonesia yang diproduksi dengan dana Rp 100 miliar," ucap Joko Anwar.
Menurut sutradara Pengabdi Setan tersebut, dana untuk serial yang ditayangkan di platform OTT Indonesia cenderung lebih rendah.
Jalan keluarnya, Joko Anwar menyebut produser film kerap menanggulangi biaya besar itu dengan menjualnya ke OTT. "Kalau kita produser film menyikapinya dengan membuat film budget rendah atau menengah. Itu bisa ditutupi dengan cara menjual ke OTT langsung. Mereka nilai belinya sama dengan produksi kita," tambahnya.
Bioskop masih jadi alternatif terbaik
Di sisi lain, Joko Anwar masih memercayai kekuatan bioskop, walau sempat terguncang di masa pandemi. Bioskop, menurut Joko Anwar, masih menjadi salah satu alternatif paling efisien untuk menayangkan sebuah film.
Sebab sebagian besar orang Indonesia masih senang nonton di bioskop. "Tentu saja harus tetap bioskop. Pasar kita besar, tapi 90 persen penonton masih di bioskop.
Revenue sebuah film Indonesia itu 90 persen masih bioskop. Sisanya itu masih OTT, atau televisi seperti RCTI, Indosiar dan lainnya,"imbuh Joko Anwar.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Joko Anwar Soroti Masalah SDM dan Biaya Pembuatan Film di Indonesia", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/hype/read/2022/03/30/143011366/joko-anwar-soroti-masalah-sdm-dan-biaya-pembuatan-film-di-indonesia?page=2.