SONORABANGKA.ID - Ada satu malam di bulan Ramadhan yang sangat dinantikan kedatangannya oleh orang-orang yang beriman di bulan mulia ini, yakni malam Lailatul Qadar. Dijelaskan dalam Al Quran surat Al Qadr ayat 1-5, malam Lailatul Qadar memiliki sejumlah keistimewaan. Di antaranya beribadah penuh di malam ini lebih baik dari beribadah 1000 bulan atau setara dengan 83 tahun lebih.
Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, hafizhahullah menjelaskan hal tersebut dalam Youtube Channelnya yang berjudul Cara Mendapatkan Lailatul Qadar.
Dimanakah Malam Itu Berada?
"Malam Lailatul Qadar dirahasiakan oleh Allah subhanahuu wa ta'ala, namun Rasulullah shalallahu alaihi wassalam meminta kita mencarinya di 10 malam terakhir bulan Ramadhan, terutama pada malam-malam ganjilnya," kata Ustadz Nuzul Dzikri.
Bagaimanakah Kita Mencari dan Mendapatkan Lailatul Qadar?
Ustadz yang dikenal dengan cara penyampaian yang bijak selalu mengena di hati ini, beliau menjelaskan caranya adalah dengan mengikuti apa yang Rasulullah shallahu alaihi wassalam lakukan di 10 malam terakhir bulan Ramadhan.
Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu 'anha, menyampaikan dalam hadist riwayat Imam Bukhari, bahwa Rasulullah jika memasuki 10 malam terakhir Ramadhan. Pertama Beliau mengencangkan ikat pinggangnya, maksudnya adalah Rasulullah shalallahu alaihi wassalam tidak berhubungan suami istri pada 10 malam terkahir tersebut karena fokus beribadah. Kedua menghidupkan malamnya dengan beribadah. Dan ketiga membangunkan keluarganya juga agar beribadah.
Dapat disimpulkan dari hadist tersebut, cara untuk mendapatkan lailatul qadar adalah berusaha semaksimal mungkin di 10 malam terakhir Ramadhan. Dan berusaha untuk sementara waktu meninggalkan hal-hal mubah yang bisa menurunkan kuantitas dan kualitas ibadah kita. Demikian ditambahkan oleh Ustadz Nuzul Dzikri.
Ustadz yang mempunyai gaya bahasa yang sejuk, kekinian, dan intelek ini kembali menjelaskan ibadah apa saja yang dapat kita kerjakan untuk mengejar lailatul qadar antara lain :
Bagaimanakah dengan I'tikaf di 10 malam terakhir Ramadhan di tengah Pandemi?
"Bagi yang tahun-tahun sebelumnya terbiasa i'tikaf di 10 malam akhir Ramadhan, namun tahun ini tidak bisa beri'tikaf karena pandemi covid-19, maka insyaa Allah dia tetap mendapatkan pahala i'tikaf Ramadhan kali ini. Hadist Riwayat Imam Bukhori yang artinya jika seorang hamba sakit atau safar, maka dia mendapatkan pahala amalan yang sebelumnya biasa dia lakukan saat dia sehat atau dalam kondisi mukim. Hadist ini bukan hanya untuk orang yang sakit atau safar, tetapi untuk seluruh alasan yang diakui syariat, seperti pandemi kali ini", ujar Ustadz Nuzul Dzikri.
Dan ditambahannya bagi yang belum pernah i'tikaf, namun Ramadhan tahun ini punya niat dan tekad yang kuat untuk i'tikaf, namun terhalang karena alasan pandemi, maka insyaa Allah dia mendapatkan pahala, sebagaimana para sahabat yang tidak bisa ikut dalam Perang Tabuk karena alasan syar'i. Tapi tetap mendapatkan pahalanya sebagaimana hadist yang dikeluarkan Imam Bukhori dan Muslim.