SonoraBangka.id - Dua hal yang menjadi perhatian para remaja saat ini adalah kenaikan berat badan dan penurunan berat badan.
Mereka kerap mencari tahu tentang bagaimana cara yang tepat untuk menaikkan atau bahkan menurunkan berat badan.
Dijelaskan Ellen Rome, MD, MPH dari Cleveland Clinic, bahwa risiko yang akan dihadapi dalam penurunan berat badan maupun penambahan berat badan pada remaja.
“Baik anak laki-laki maupun perempuan mempertanyakan tentang hal ini, dan saya memberi tahu mereka bahwa diet hanyalah sebuah kata dengan 4 huruf,” kata Rome.
Pembatasan makanan yang berkepanjangan dapat membuat tubuh mencoba untuk menimbun makanan - untuk bertahan hidup di waktu makan selanjutnya yang biasanya cenderung akan menyebabkan tubuh kelaparan lagi.
Untuk para remaja yang berdiet, atau membatasi asupan makanannya sesuai dengan kebutuhan tubuhnya, pada akhirnya berat badannya justru akan semakin bertambah dari waktu ke waktu, ini karena tubuhnya berusaha bertahan hidup ketika jarus melalui fase "kelaparan" berikutnya.
Rome mengatakan bahwa saat ini mereka memiliki sekelompok remaja dengan kelainan yang disebut ortoreksia, atau kecanduan makan yang terlalu sehat.
Ketika kamu menyingkirkan kebutuhan bahan bakar atau energi untuk otak dan tubuh, maka makan sehat juga bisa berpotensi bahaya.
Banyak remaja belum memahami, bahwa lemak bukanlah musuh.
Maka itu untuk perkembangan otak yang optimal, mereka membutuhkan 50 hingga 90 gram lemak per hari sejak lahir hingga usia 26 tahun.
Sehingga, yang harus diwaspadai adalah, pola makan menghindari lemak, protein-tanpa-karbohidrat, dan tren pola makan lainnya - sebenarnya tidak sehat untuk otak yang sedang berkembang.
Tubuh juga menggunakan karbohidrat dengan cara yang penting.
Dengan menghindari karbohidrat memang dapat menyelamatkan nyawa penderita diabetes yang tidak bisa mempertahankan kadar glukosa normal saat mengonsumsi karbohidrat.
Namun, itu bukanlah pola makan yang baik untuk remaja yang masih dalam masa pertumbuhan.
Remaja harus mengonsumsi karbohidrat setelah 20 menit menyelesaikan latihan atau berolahraga selama 90 menit atau lebih, agar bisa membangun glikogen - jenis energi yang butuhkan untuk ketahanan tubuh.
Penambahan berat badan
Remaja yang kekurangan berat badan berjuang menambah berat badan, sama halnya dengan mereka yang merasa kelebihan berat badan.
Biasanya banyak remaja yang menggunakan bubuk protein, namun sebenarnya itu bukan pilihan yang baik.
Bubuk protein dapat melewati pembatas darah otak dengan kecepatan yang berbeda dari air biasa.
Ketika protein menyebabkan penggumpalan kecil di otak, maka itu bisa berisiko menyebabkan serangan stroke ringa sehingga sangat berbahaya.
Beberapa remaja juga sangat tertarik dengan Suplemen kreatin.
Kreatin dapat menarik air keluar dari otot, sehingga membuat tubuh terlihat besar dan kuat.
Tapi harus hati-hati, karena kreatin bisa menjadi tantangan bagi ginjal.
Ada cara yang lebih aman yakni mengkonsumsi sumber makanan yang baik untuk kesehatan, seperti membuat protein shake sendiri dengan mencampurkan selai kacang, yogurt, pisang, dan buah beri.
Nah, makanan-makanan seperti ini akan memberikan energi yang besar untuk tubuh.
Tapi, berkonsultasi dengan dokter anak dan ahli diet adalah hal terbaik yang harus dilakukan untuk menemukan pola makan sehat yang sesuai untuk remaja.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Awas, Salah Diet pada Remaja Bisa Sebabkan Masalah Kesehatan", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/08/19/234405420/awas-salah-diet-pada-remaja-bisa-sebabkan-masalah-kesehatan?page=2.