The Panturas
The Panturas ( Tribunnews.com)

.Feast dan The Panturas Manggung Bersamaan Secara Virtual di Tayangan Soundstream Episode Ketiga

27 Agustus 2020 13:11 WIB

SonoraBangka.ID -  Panggung musik sepanjang tahun 2019 seakan tak bisa lepas dari nama .Feast dan The Panturas.

Awal sejarah yang terbentuk di kota kelas dua macam Depok dan Jatinangor nyatanya tidak mampu menahan laju kedua grup musik rok ini untuk menaklukan ibukota.

Untuk pertama kalinya, .Feast dan The Panturas akan hadir bersama secara virtual dalam tayangan Soundstream episode ketiga, sekaligus menutup rangkaian musik akhir pekan di Bulan Agustus.

“Memilih .Feast dan The Panturas itu sejujurnya tidak sulit. Kedua band ini sedang naik daun serta yang paling penting keduanya punya konsep dan karakter yang kuat tapi kontras. Dari tiga rangkaian episode Soundstream, saya yakin kalau mereka mampu menjadi penutup yang manis,” ujar Kukuh Rizal Arfianto, Creative Director Soundstream saat jumpa media yang diadakan secara virtual.

Sebelumnya .Feast dan The Panturas tercatat pernah berbagi panggung dan merilis sebuah lagu hasil kolaborasi berjudul Gelora pada akhir tahun 2019 lalu.

“Tantangannya justru untuk memastikan agar Soundstream bisa memberikan sesuatu yang lebih bagi penontonnya nanti. Kedua band ini sedang rajin naik panggung. Jadi, saya mencoba untuk memberi lebih dari sekedar musik dan akhirnya saya memilih untuk mengangkat cerita mereka. Lebih tepatnya kisah tentang pembuatan album yang mungkin masih jarang diketahui,”  papar Kukuh.

Selalu ada cerita di balik setiap lagu yang sering kali menjadi ‘bahan jualan’ atau justru kadang menjadi spekulasi liar di mata publik.

Lagu Peradaban milik .Feast diklaim lahir akibat peristiwa bom di Surabaya yang memicu pertentangan antara paham radikal dan peradaban asli Indonesia.

Di sisi lain, lagu instrumental bertajuk Tenggelamkan milik The Panturas terinspirasi dari Susi Pudjiastuti yang sewaktu menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan kerap melakukan penenggelaman kapal.

"Lucunya, tidak semua musisi punya cerita menarik dibalik penciptaan album. Inilah yang kemudian saya coba angkat dari album Membangun dan Menghancurkan milik .Feast serta Mabuk Laut  milik The Panturas,” ungkap Kukuh.

The Panturas yang terbentuk sejak akhir tahun 2015 melabeli diri mereka sebagai ‘klab rock selancar kontemporer’ karena ragam pengaruh musik kontemporer yang mereka mainkan.

Gelombang musik ini datang dari Jatinangor yang menjadi tempat para personilnya menempuh studi.

Surya ‘Kuya’ Fikri selaku penabuh drum dalam kelompok musik The Panturas mengakui kalau album Mabuk Laut tak lebih dari sebuah kumpulan karya lagu.

“Tapi, album memang masih jadi penanda keberadaan sebuah band yang rasanya wajib dimiliki. Kami pun juga jadi belajar banyak mengenai proses produksi musik dan juga lebih memikirkan visi kami kedepannya,” ucap Kuya mewakili band yang beranggotakan empat orang ini.

Sedikit berbeda dengan The Panturas, .Feast mengakui kalau pembuatan album bukanlah perkara mudah.

Gelombang musik yang lahir dari Depok ini telah mengeluarkan satu album bertajuk Multiverses (2017) dan satu mini album berjudul Beberapa Orang Memaafkan (2018).

“Dua album terdahulu kami bisa dibilang sangat berbeda dari segi konsep dan juga penyajiannya karena semua punya cerita dan inspirasinya sendiri. Begitu juga dengan album Membangun Dan Menghancurkan yang akan kami rilis, harus punya sudut pandang yang jelas. Supaya lagu-lagu yang ada di dalamnya juga punya napas yang konsisten,” jelas Fadli ‘Awan’ Fikriawan yang adalah bassist dari .Feast.

Baik .Feast maupun The Panturas mengamini bahwa proses pembuatan lagu dan pembuatan album sangatlah berbeda. Keduanya memiliki tantangan tersendiri yang bisa jadi berhubungan. “Lagu bisa ditulis oleh salah satu personil saja. Tapi album harus digarap bersama. Dinamikanya pasti berbeda dan ada banyak sekali orang yang terlibat di dalamnya. Cerita itu juga yang mungkin dapat kami sampaikan, bahwa proses ini kadang memang tidak mudah,” tambah Adnan Satyanugraha Putra, satu dari dua gitaris yang dimiliki oleh .Feast.

Kukuh mengatakan bahwa Soundstream episode ketiga ini akan sangat disayangkan untuk dilewatkan oleh para kelelawar, sebutan untuk penggemar .Feast, serta para penggemar setia The Panturas.

“Ada beberapa kolaborasi yang kami tampilkan juga, tapi satu yang sudah banyak dinanti pastinya lagu Gelora dari .Feast dan The Panturas. Lagu ini jarang dibawakan karena sudah cukup lama kedua grup musik ini tidak tampil bersamaan,” kata Kukuh.

Tiket untuk menyaksikan Soundstream masih dibanderol dengan harga empat puluh lima ribu rupiah dan bisa didapatkan melalui kanal Loket.com serta GoTix.

Episode ketiga dari Soundstream akan tayang di akhir pekan terakhir dalam bulan Agustus, tepatnya tanggal 29 Agustus 2020 pukul 21:00 WIB.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul .Feast dan The Panturas Manggung Bersamaan Secara Virtual di Tayangan Soundstream Episode Ketiga, https://www.tribunnews.com/seleb/2020/08/26/feast-dan-the-panturas-manggung-bersamaan-secara-virtual-di-tayangan-soundstream-episode-ketiga?

Sumbertribunnews
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm