Setiap perjalanan di dunia ini sangat rumit dan pasti ada kalanya menyakitkan.
Maka dari itu, gangguan kesehatan mental seperti ini tidak dapat dihindari.
Untuk mengatasi kesedihan, rasa cemas, dan depresi, kita sebenarnya juga membutuhkan bantuan profesional dari seperti psikolog atau psikiater.
Apa pun alasannya, menyangkal gangguan kesehatan mental dapat membahayakan anak-anak dan diri kita sendiri dalam jangka panjang.
" Anak- anak mengandalkan orangtua untuk memahami realitas mereka dan memahami dunia. Ini dimulai sejak bayi." Demikian dikatakan Direktur Yale Child Study Center's Program for Anxiety Disorders, Eli Lebowitz.
Diungkapkan Lebowitz yang merujuk pada sebuah penelitian, bahwa seorang bayi akan menanggapi isyarat wajah orangtua ketika memutuskan untuk merangkak di atas lantai tembus pandang.
Bayi-bayi akan berhenti merangkak jika melihatwajah orangtuanya yang tampak ketakutan.
Namun, mereka yang orangtuanya tampak tenang, tetap terus merangkak.
Nah sebagai manusia, tentu saja, orangtua juga perlu merasakan kecemasan.
Apalagi di tengah kondisi pandemi Covid-19, kebakaran hutan, rasisme, ketidakamanan finansial, atau karena memang mengidap gangguan kecemasan klinis.
Oleh karena itu, diharapkan dengan cara yang sesuai usia mereka tentunya, semua kondisi itu perlu diakui oleh orangtua kepada anak-anak mereka secara langsung.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kecemasan dan Depresi Orangtua Ganggu Mental Anak, Cara Mengatasinya?", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/06/102031820/kecemasan-dan-depresi-orangtua-ganggu-mental-anak-cara-mengatasinya?page=2.