SonoraBangka.Id - Geliat pemulihan ekonomi Bangka Belitung sudah mulai terlihat pada triwulan III 2020. Rilis pertumbuhan ekonomi oleh BPS menyebutkan pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung mengalami kontraksi sebesar 4,38% (yoy), mulai menunjukkan arah yang membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 4,99% (yoy). Hal ini tidak terlepas dari mulai kembalinya aktivitas ekonomi pasca penerapan adaptasi tatanan kehidupan baru dan realisasi program pemulihan ekonomi.
Kinerja perekonomian global juga perlahan membaik sejalan dengan membaiknya kinerja perekonomian Tiongkok sehingga turut meningkatkan volume permintaan global.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Babel Tantan Heroika mengatakan Perbaikan ekonomi Bangka Belitung pada triwulan ini didorong oleh membaiknya kinerja ekspor luar negeri yang tercatat tumbuh positif sebesar 4,28% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi dalam sebesar 42,33% (yoy). Hal ini ditopang oleh membaiknya ekspor timah yang tumbuh hingga 7,14% (yoy) seiring dengan membaiknya harga timah global. Rata-rata harga timah global pada triwulan ini menyentuh USD17.678/ton, meningkat 3,15% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan tajam hingga 24,96% (yoy). Selain itu, konsumsi pemerintah juga membaik meskipun masih tercatat tumbuh negatif, seiring dengan mulai dilaksanakannya program pemulihan ekonomi melalui penyaluran bantuan sosial dan bantuan kepada dunia usaha.
"Kinerja investasi juga tercatat membaik didorong oleh realisasi investasi dari sektor swasta untuk investasi bangunan. Sementara itu, konsumsi rumah tangga tercatat mengalami kontraksi lebih dalam sehingga menahan laju perbaikan perekonomian Bangka Belitung,"katanya.
Ketidakpastian berakhirnya pandemi membuat masyarakat lebih berhati-hati dan cenderung menahan konsumsi yang tercermin dari meningkatnya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan dari pemerintah daerah dan perorangan, serta melambatnya pertumbuhan kredit konsumsi. DPK di perbankan tumbuh menguat dari 2,53% (yoy) di triwulan II 2020 menjadi 3,05% (yoy) di triwulan III 2020. Sementara itu, kredit konsumsi di Bangka Belitung tercatat melambat dari 7,49% (yoy) pada triwulan II menjadi 4,37% (yoy) pada triwulan III 2020 yang dipengaruhi oleh adanya penurunan kredit kepemilikan kendaraan hingga 21,95% (yoy).
"Di sisi lapangan usaha, hampir seluruh sektor unggulan Bangka Belitung mengalami perbaikan kecuali sektor industri pengolahan. Sektor pertanian tercatat tumbuh positif dan menguat secara year on year didorong oleh membaiknya kinerja perkebunan karet dan lada akibat kenaikan harga karet dan lada global. Harga rata-rata karet global pada triwulan III 2020 mencapai USD1,92/kg, meningkat 3,94% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan hingga 28,45% (yoy). Selain itu, kinerja sektor perikanan juga membaik sejalan dengan semakin berkembangnya kegiatan budidaya udang vannamei di Bangka Belitung,"ujarnya.
Tantan menjelaskan Sektor pertambangan dan sektor perdagangan tercatat membaik secara year on year meskipun masih mengalami kontraksi. Membaiknya sektor pertambangan didorong oleh adanya perbaikan harga timah global sehingga meningkatkan keyakinan pelaku usaha pertambangan. Kinerja sektor perdagangan juga mengalami perbaikan sejalan dengan membaiknya kinerja ekspor luar negeri dan kembalinya aktivitas ekonomi masyarakat. Sementara itu di tengah perbaikan sektor pertanian, pertambangan dan perdagangan, kinerja industri pengolahan menurun karena menurunnya produksi industri logam dasar (timah) dan industri makanan dan minuman (industri Crude Palm Oil/CPO) sehingga menahan laju pertumbuhan lebih lanjut.
"Mempertimbangkan realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan III 2020, pertumbuhan ekonomi Babel pada triwulan IV 2020 diperkirakan akan semakin membaik sejalan dengan membaiknya aktivitas ekonomi global dan domestik. Puncak realisasi stimulus fiskal diperkirakan akan terjadi di triwulan IV 2020 sehingga diharapkan dapat mendorong perbaikan konsumsi masyarakat. Ekspektasi terhadap keberadaan vaksin COVID-19 juga diharapkan dapat meningkatkan keyakinan konsumsi masyarakat. Hasil survei konsumen Bank Indonesia menunjukkan keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian kedepan (Indeks Ekspektasi Konsumen) pada triwulan III membaik di angka 120,72 setelah pada triwulan sebelumnya berada pada level pesimis sebesar 91,56. Pada triwulan IV 2020, kinerja industri pengolahan dan perdagangan diperkirakan akan semakin membaik sejalan dengan adanya tren perbaikan harga CPO dan timah global sehingga dapat mendorong kinerja perdagangan ekspor luar negeri,"ungkapnya.
Dengan segala tantangan yang dihadapi hingga triwulan IV 2020, Bank Indonesia berupaya untuk mendorong UMKM sebagai kekuatan baru perekonomian nasional. Serangkaian kegiatan dalam Karya Kreatif Indonesia yang dilaksanakan berseri sejak Agustus, mendorong pengembangan kemampuan dan kompetensi UMKM untuk mengambil peran dalam pemulihan ekonomi. Di bidang sistem pembayaran, Bank Indonesia mendorong perluasan akseptasi QR Code Indonesia Standard (QRIS) sebagai salah satu solusi pembayaran yang inklusif di era digital.
"Bank Indonesia terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah dan otoritas terkait agar berbagai kebijakan yang ditempuh semakin efektif mendorong pemulihan ekonomi. Bank Indonesia bersama pemerintah daerah juga akan terus mendorong percepatan transformasi ekonomi digital melalui pengembangan UMKM go digital, intensifikasi digitalisasi produk dan layanan publik, dan perluasan pemanfaatan sistem pembayaran non tunai. Bank Indonesia bersama dengan Otoritas Jasa Perbankan (OJK) dan perbankan juga terus mendorong peningkatan fungsi intermediasi perbankan untuk perluasan akses kredit melalui pemanfaatan program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung di tahun 2020 dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada tahun 2021,"pungkasnya.