SonoraBangka.id - Kata "bucin" mungkin sudah tak asing lagi bagi anak zaman sekarang.
Bucin merupakan akronim dari budak cinta. Kata itu berasal dari tindakan yang kadang tak masuk akal, yang dilakukan atas nama cinta.
Biasanya, kalau sudah cinta, apa pun akan dilakukan orang, tak peduli bila ia mendapat predikat budak cinta alias bucin.
Nah, bucin juga bisa diartikan sebagai orang yang rela melakukan apa saja untuk pasangannya tanpa perasaan dan logika.
Apakah kamu salah satunya? Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bucin ini tidak ada artinya sehingga hanya dikategorikan sebagai bahasa prokem atau istilah gaul.
Di mata orang normal, tindakan para bucin seringkali tidak masuk akal karena ia mau melakukan apa pun demi orang yang dicintai, mulai dari mengorbankan harta hingga perasaan dirinya sendiri.
Sebuah penelitian mengungkap bahwa seseorang, baik pria atau wanita, kemungkinan besar menjadi budak cinta saat masa pacaran baru berjalan kurang dari tiga bulan.
Namun, kamu juga bisa menjadi bucin ketika jatuh cinta pada seseorang, meski belum berstatus saling memiliki.
Bucin dilihat dari kacamata psikologi
Pepatah yang mengatakan bahwa ‘cinta itu buta’ mungkin menjadi istilah yang paling mendekati istilah budak cinta.
Saat menjadi bucin, kamu tidak lagi dapat melihat seseorang dari kacamata yang logis sehingga menganggapnya sebagai orang yang sempurna dan berhak mendapatkan semua keinginannya.
Menurut teori psikologi Sigmund Freud, bucin artinya seseorang yang sedang memuja orang lain secara sadar maupun tidak.
Hal itu ditandai dengan cara mencintai orang lain dengan segenap jiwa dan raganya.
Normalnya, pengorbanan ini digunakan untuk menarik hati orang yang dicintainya untuk kemudian menjadikannya pacar atau pasangan hidup.
Namun, bucin seringkali tidak harus memiliki. Ia akan rela berkorban, sekalipun orang yang dicintainya memilih orang lain.
Kondisi psikologis seperti ini nyaris terjadi pada semua orang, terutama anak muda, ketika ia masih berada di fase awal jatuh cinta.
Saat itu, kita sedang senang-senangnya mengeksplorasi sisi positif dari orang yang kita cintai, bahkan kekurangannya dianggap sebagai hal yang lucu dan menggemaskan.
Dalam fase ini, seseorang akan merasa lebih hidup ketika menyenangkan orang yang dicintai, sekaligus takut kehilangan dirinya jika tidak memenuhi permintaannya.
Mengapa seseorang bisa menjadi bucin?
Dari kacamata sains, fenomena bucin sendiri bisa dijelaskan.
Terdapat setidaknya dua faktor di dalam tubuh manusia yang bisa mengakibatkan seseorang menjadi bucin, yaitu:
Faktor kimia
Otak manusia memang diprogram untuk jatuh cinta.
Ketika jatuh cinta, hormon dopamin diproduksi secara masif di dalam otak sehingga cinta akan terasa candu seperti kokain.
Tak heran ketika seseorang jatuh cinta hingga menjadi bucin, semua hal yang dilakukannya akan terasa menyenangkan dan menciptakan kepuasan tersendiri di dalam otak.
Faktor psikologis
Tingkat keparahan seseorang menjadi bucin ditentukan oleh kondisi psikologisnya.
Semakin rendah harga diri, keadaan mental, serta emosionalnya, semakin besar kemungkinan orang tersebut menjadi bucin.
Dampak negatif bucin
Tidak dapat ditampik bahwa menjadi bucin artinya harus siap dengan konsekuensi negatif yang mungkin diterima ketika memenuhi permintaan seseorang tanpa logika.
Berikut ini efek negatif dari bucin :
Mendapat kritik dari lingkungan
Orang lain dengan logika yang masih berjalan pasti melihat tindakan para bucin sebagai hal yang tidak masuk akal.
Tidak heran bila bucin sering dikritik, bahkan dirundung, karena tindakannya tersebut.
Hanya saja, kritikan tersebut biasanya juga tidak didengar karena perasaan yang dirasakan bucin sangat kuat hingga menutup akal sehatnya.
Sulit mencapai tujuan
Target-target tertentu dalam hidup yang ingin kamu raih bisa terlupakan akibat terlalu fokus kepada percintaan yang belum tentu menghasilkan sesuatu yang positif.
Melukai mental
Biasanya bucin selalu bisa mencari alasan pembenaran atas keinginan yang diminta oleh orang yang dicintainya.
Ia tidak sadar bahwa hal itu lama-kelamaan akan membuat perasaannya terluka dan memperparah kondisi psikologisnya di kemudian hari.
Kamu harus meluangkan waktu untuk mengevaluasi diri dan kenali orang yang kamu cintai dengan lebih seksama, untuk mengakhiri predikat bucin tersebut.
Dan jika perlu, ungkapkan perasaan pada dirinya sehingga kamu memiliki ekspektasi yang nyata tentang hubunganmu dengannya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Orang Bisa Jadi Bucin Alias Budak Cinta?", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/11/17/204045020/mengapa-orang-bisa-jadi-bucin-alias-budak-cinta?page=3.