SonoraBangka.id - Kondisi kesehatan seseorang, secara keseluruhan dapat dipengaruhi oleh pola makan.
Secara spesifik, pola makan ternyata juga dapat menjadi strategi diet untuk mengurangi efek merusak dari stres terhadap kesehatan.
Dilansir Medical News Today, stres kronis sendiri tidak hanya meningkatkan risiko depresi dan kecemasan, tetapi juga meningkatkan kesempatan pengemvangan sejumlah penyakit, termasuk obesitas, diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, stroke, dan Alzheimer.
Sejumlah penelitian observasional menemukan, orang-orang yang makan banyak sayur-sayuran dan buah-buahan atau secara spesifik mengikuti pola makan Mediterania, dilaporkan lebih sedikit mengalami stres.
Sebaliknya, para peneliti menemukan bahwa pola makan tinggi gula dan lemak jenuh berkaitan terhadap peningkatan kadar kortisol atau hormon stres dalam darah yang tinggi.
Sayangnya, penelitian semacam itu tidak membuktikan hubungan sebab akibat antara pola makan dan stres.
Faktor lain yang mungkin memengaruhi pola makan seseorang, seperti tempat tinggal, tingkat pendidikan, atau status sosial ekonomi, sama-sama menentukan tingkat stres yang mereka alami setiap hari.
Namun, mengontrol semua variabel ini dalam penelitian longitudinal yang melibatkan orang cenderung tidak mungkin dilakukan.
Khasiat diet Mediterania
Para peneliti dari Wake Forest School of Medicine, North Carolina, AS membandingkan efek jangka panjang dari pola makan ala Barat dengan pola makan Mediterania terhadap ketahanan stres pada kera di bawah kondisi eksperimental terkontrol.
Pola makan ala Barat memiliki asupan protein dan lemak yang kebanyakan bersumber dari hewan, tinggi garam, tinggi lemak jenuh, serta rendah asam lemak tak jenuh tunggal dan omega-3.
Sementara pola makan Mediterania mengambil sumber protein dan lemak dari tumbuhan, protein rendah lemak dari ikan dan peoduk susu, serta tinggi asam lemak tak jenuh tunggal, yang didapatkan dari minyak zaitun extra virgin.
Pola makan Mediterania mengandung lebih banyak karbohidrat kompleks dan serat, rendah garam dan gula rafinasi, daripada pola makan ala Barat.
Penelitian tersebut dipublikasikan di jurnal Neurobiology of Stress.
Peneliti utama sekaligus Profesor Patologi dan Kedokteran Komparatif di sekolah tersebut, Carol A. Shively, bersama rekan-rekan peneliti menemukan, bahwa kera yang diberi makanan dengan pola Mediterania lebih tahan terhadap efek stres dan lebih lambat mengembangkan peningkatan sensitivitas stres terkait usia.
Temuan lainnya, kera dengan pola makan Mediterania ditemukan lebih tangguh secara fisiologis terhadap tantangan stres.
Aktivitas dalam sistem saraf simpatik, yang menjalankan respons "fight or flight", lebih rendah dibandingkan dengan aktivitas kera dengan makanan ala Barat.
Menanggapi stres akut, detak jantung mereka juga pulih lebih cepat dan mereka produksi hormon stres kortisol lebih sedikiy.
Ini menunjukkan respons yang lebih kuat dari sistem saraf parasimpatis mereka, yang memberlakukan respons relaksasi untuk memulihkan tubuh ke keadaan tenang setelah mengalami stres.
Respons dan aktivitas kortisol dalam sistem saraf simpatis meningkat seiring bertambahnya usia kera.
Namun, pada kera yang mengonsumsi makanan dari pola Mediterania, perubahan tersebut dapat tertunda dibandingkan dengan kera yang menjalani diet Barat.
Prof. Shively mengatakan, studi yang mereka lakukan menunjukkan bahwa diet Mediterania menggeser keseimbangan menuju sistem saraf parasimpatis, yang baik untuk kesehatan.
Dan sebaliknya, pola makan Barat meningkatkan respons simpatis terhadap stres, seperti memiliki tombol panik sepanjang waktu dan itu tidak sehat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Diet Mediterania Ternyata Dapat Membantu Atasi Stres, Kok Bisa?", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/11/21/131747320/diet-mediterania-ternyata-dapat-membantu-atasi-stres-kok-bisa?page=2.