Kondisi infeksi tersebut bisa saja dialami oleh pasien Covid-19.
“Orang yang sudah teratasi delirium, masih mungkin mengalami gejala sisa berupa perubahan kognitif (kemampuan berpikir) maupun gangguan mood (suasana perasaan) yang sifatnya menetap hingga satu tahun pasca kejadian," ujar Gina.
Selain itu, Gina juga menyebut, bahwa penanganan penderita delirium harus disesuaikan dengan penyebabnya.
Misalnya ketika disebabkan oleh infeksi, maka pengobatan yang dilakukan harus berfokus pada sumber infeksinya.
Namun, jika disebabkan oleh permasalahan psikologis, maka perlu dilakukan pengobatan melalui bantuan psikater atau tenaga medis yang relevan.
Diungkapkan Guna, jika pasien mengalami gaduh gelisah, baru diberikan obat-obatan psikiatri sesuai dengan derajat gaduh gelisahnya.
Kemudian, untuk pasien yang terkena delirium juga tetap harus mendapatkan cahaya matahari serta udara segar guna memperbaiki kondisi fisik dan mentalnya.
Ditambahkan Gina, untuk orang dengan delirium juga perlu dirawat di ruangan yang nyaman, cukup pencahayaan dan tenang, suhu ruangan yang hangat.
Jadi, tidak ada salahnya Anda menjaga diri dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan, mengingat gejala dan dampak Covid-19 sangat bervariasi serta sulit untuk diidentifikasi.
Sebaiknya, selalu disiplin untuk mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan (3M), sebab hal tersebut masih menjadi yang paling efektif untuk menghindarkan diri dari infeksi Covid-19 dan dampaknya.