SONORABANGKA.ID - Terjadi insiden saat Tim Satgas Covid-19 Bangka Belitung (Babel) hendak memakamkan jenazah pasien Covid-19 asal Kelurahan Tuatunu Pangkalpinang, Rabu (16/12/2020).
Mobil jenazah yang membawa jenazah pasien Corona dan dikawal Tim Satgas Covid -19 tersebut dihadang warga setempat ketika hendak menuju lokasi pemakaman.
Warga menolak proses pemakamannya dilakukan sesuai protokoler kesehatan (Prokes). Mereka ingin pemakaman jenazah tersebut dilakukan dengan cara yang lazim sesuai kebiasaan yang selama ini dilakukan Umat Muslim.
Terlebih menurut warga setempat, jenazah yang dimaksud, semasa hidupnya merupakan tokoh agama di wilayah setempat.
Sekretaris Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bangka Belitung (Babel), Mikron Antariksa mengungkapkan ada tiga tambahan kasus pasien positif Covid-19 meninggal dunia, Rabu (16/12/2020) berasal dari Kota Pangkalpinang.
Dari tiga pasien positif corona yang meninggal tersebut, terdapat satu pasien berinisial MK (31), Warga Kelurahan Tuatunu, Kecamatan Gerunggang.
Mikron mengatakan, MK merupakan pasien terkonfirmasi positif Covid-19 pada 10 Desember 2020 yang juga menderita penyakit Komorbid DM gula darah tidak terkontrol.
Kemudian pasien ini meninggal dunia pada 16 Desember 2020 Pukul 06.20 WIB, dan rencananya bakal dimakamkan di perkuburan keluarga, Keluarahan Tuatunu.
"Almarhum (MK) yang merupakan tokoh agama ini meninggal dunia pada Pukul 06.20 WIB pagi tadi. Kemudian Tim Satgas Babel yang mendapatkan kabar dari pihak RSBT (rencananya -red) turut membantu pemakaman dan pengamanan secara Prokes Covid-19," tutur Mikron dikutip dari Bangkapos.com, Rabu (16/12/2020).
Mikron mengatakan, usai dari rumah sakit, Tim Satgas secara beriring-iringan mendampingi mobil ambulans membawa jenazah ke pekuburan di Kelurahan Tuatunu, pada siang harinya.
Namun, di tengah perjalanan, tepat di dekat Rumah Adat Kelurahan Tuatunu, mereka dihentikan oleh ratusan warga yang ingin memakamkan jenazah tersebut tanpa Prokes Covid-19.
"Setelah kami meluncur pukul 12 siang ke Tuatunu, di ujung dekat pekuburan untuk menyelenggarakan pemakaman secara Prokes Covid-19. Tiba-tiba saat itu datang massa, mungkin dari masyarakat setempat dari pondok pesantren yang ada di Tuatunu, ingin mengambil jenazah untuk di makamkan tanpa Prokes," terangnya.