SonoraBangka.id - Kondisi emosional negatif seperti marah, kesal, dan galak tak hanya dimiliki oleh orang dewasa.
Kenyataannya, balita juga memiliki kemampuan mengekspresikan emosi serupa.
Saat balita sedang marah, mereka cenderung tidak mengetahui cara yang tepat untuk menyalurkan emosinya.
Mereka juga belum bisa berbahasa secara lisan.
Namun, tidak sedikit balita akan mengekspresikan kemarahannya dengan cara berteriak, mengamuk, dan bahkan melakukan tindak kekerasan seperti memukul dan menjambak, ketika ia merasa ada orang yang mengganggu ruang pribadinya.
Sikap agresif tersebut tentu membuat orangtua khawatir jika anaknya memiliki kebiasaan menyakiti orang lain.
Menurut psikolog anak, ada banyak alasan yang membuat balita melakukan kekerasan saat mengekspresikan kemarahan.
Psikolog Nanette Burton Mongelluzzo, Ph.D dalam artikel di PsychCentral mengatakan, tak jarang balita meniru kemarahan, kekerasan, dan tindakan agresi lain di sekitar mereka.
Pada gilirannya mereka akan mulai melakukan tindakan agresi karena meniru apa yang diamatinya.
Terlepas dari alasan di balik tindak kekerasan yang dilakukan balita, penting bagi orangtua untuk menangani situasi tersebut dengan benar.
Sebab kalau tidak dapat berisiko mengalami eskalasi. Konselor Sara Bean memberikan beberapa saran.
Sebagai permulaan, orangtua harus menghindari menanggapi amarah balita dengan amarah.