SonoraBangka.Id - Pesawat Sriwijaya Air Sj-182 dijadwalkan terbang pada pukul 13.25 WIB. Namun, pesawat ternyata baru lepas landas pada 14.36 WIB.
Alasan terjadi delay pada pesawat ini karena saat akan take off pukul 13.25 WIB terjadi hujan deras.
Di antara korban Sriwijaya Air Sj182 adalah sejumlah penumpang NAM Air yang seharusnya berangkat jam 07.00 pagi, namun dipindahkan ke pesawat yang mengalami nasib nahas itu.
Belum diketahui berapa jumlah penumpang dari NAM Air yang dipindah ke Sriwijaya Air.
Dua diantaranya Faisal Rahman dan dan Asyhabul Yamin, kakaknya.
Mereka merupakan warga Jalan MT. Haryono, Kelurahan Kapuas Kanan Hulu, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Keduanya merupakan putra dari pasangan Masrizal dan Mariyati.
Faisal anak bungsu, sementara Asyabul Yamin, anak sulung. Jajaran Polres Sintang, mengonfirmasi keduanya merupakan warga Kabupaten Sintang.
Faisal Rahman, YouTuber asal Sintang, Kalbar, terdaftar dalam manifest pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, pada 9 Januari 2021.
Pria berusia 30 tahun bersama dengan saudara kandungnya, Asyhabul Yamin..
Dua saudara kandung ini tercatat dalam manifest nomor 40 dan 41.Seharusnya, Faisal dan Asyhabul berangkat dari Jakarta ke Pontianak pada 9 Januari 2021, pukul 07.00 WIB pagi dengan pesawat Nam Air.
Budi Kurniawan, kerabat dekat Faisal dan Asyhabul mengungkapkan, awalnya sahabat karibnya sejak kecil itu bukan penumpang Sriwijaya Air SJ-182, melainkan penumpang pesawat Nam Air.
Informasi ini diperoleh Budi dari istri Asyahabul Yamin.
Hari itu, sekitar pukul 10.00 WIB, istrinya menerima telepon dari suaminya perihal penundaan keberangkatan.
"(Kata suaminya) pihak maskapai yang memberitahukan bahwa keberangkatan jadi, cuma delay sampai jam 13.00 wib siang.
Lalu, pesawatnya dialihkan ke Sriwijaya Air," katanya.Hal yang sama juga terjadi pada Ricko Damianur Mahulette yang seharusnya pergi ke Pontianak menggunakan pesawat NAM Air.
iagi, kalau pesawatnya dialihkan ke Sriwijaya Air dan berangkatnya jam 2 siang.
Kami tidak tahu kenapa sampai begitu, tapi kami pikir itu aman-aman saja,” kata Ibu Ricko, Magdalena, yang ditemani keluarga dan kerabatnya yang terus berdatangan.