Kondisi tersebut disebabkan karena putusnya hubungan antara syaraf depan pada batang otak yang bertugas mengontrol emosi dengan syaraf yang mengatur ekspresi wajah dan emosi.
Sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun lalu, bahkan, menemukan bahwa tawa di saat-saat yang tidak tepat bisa menjadi gejala awal dementia.
Menariknya, syaraf depan otak kita juga berfungsi untuk menginterpretasikan bahasa dalam konteks sosial dan emosional.
Kemampuan ini membantu kita mendeteksi sarkasme dan tertawa karenanya.
Tawa yang sehat
Walaupun memiliki sisi gelap, tidak dapat dimungkiri bahwa tawa juga bisa menimbulkan emosi yang positif.
Tertawa bersama orang lain, bukan menertawakan orang lain, bahkan dapat membuat diri kita lebih bahagia.
Sebab, otak kita beranggapan bahwa orang yang bisa kita ajak tertawa bersama lebih dekat secara emosi dan menerjemahkan respons sosial tersebut menjadi lebih menyenangkan.
Oleh karena itu, tidak heran bila terapi tawa menunjukkan efek yang luar biasa.
Selain memiliki manfaat baik seperti memperkuat otot jantung, sistem pertahanan tubuh, dan sistem endokrin; tawa juga berfungsi seperti obat anti-depresi yang menaikan tingkat serotonin pada otak.
Hormon tersebut merupakan syaraf penting untuk perasan damai.
Nah, sudah berapa kalikah Anda telah tertawa di hari ini?
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Inilah Penjelasan Ilmiah di Balik Tawa Anda", Klik untuk baca: https://sains.kompas.com/read/2017/05/03/19045051/inilah.penjelasan.ilmiah.di.balik.tawa.anda?page=2.