Momen di rumah saja sebenarnya merupakan saat yang tepat untuk memperkenalkan anak pada gaya hidup sehat dengan konsumsi makanan bernutrisi.
Juwalita mengatakan, orangtua tidak boleh putus asa dalam menawarkan makanan sehat pada anak, misalnya dengan membuat variasi jenis nutrisi.
“Untuk anak berusia 1-3 tahun, dalam sehari mereka harus mengonsumsi 3 porsi makanan pokok, 3 porsi buah-buahan, 2 porsi lauk-pauk, dan 1,5 porsi sayur.
Tak lupa, harus rajin minum air dan membatasi konsumsi gula, garam, dan minyak, tutur Juwalita.
Salah satu cara mencukupi kebutuhan gizi anak adalah dengan membuat jadwal makan yang teratur serta memberikan makanan selingan.
Untuk mengusir rasa bosan anak, Putu merekomendasikan agar orangtua mengajak anak melakukan sesuatu yang baru.
“Cara membawa sesuatu yang baru dalam perilaku makan misalnya mengenalkan anak pada proses yang belum sempat atau jarang dilakukan sebelumnya.
Kuncinya adalah interaksi yang menyenangkan dengan anggota keluarga,” saran Putu.
Anak usia balita bisa diajak untuk mencuci buah dan sayuran, sambil belajar mengenali warna dan nama, atau menyiapkan alat-alat makan di meja makan.
Nah, pada saat makan, lanjutkan proses interaksi dengan mengajak anak merasakan aroma atau mendengar suara yang dihasilkan ketika makanan digigit.
Perlu diketahui, bahwa dengan melibatkan anak pada proses dan memberikan keleluasaan untuk menentukan pilihan akan memenuhi kebutuhan psikologis anak sehingga kesehatan psikis anak tetap terjaga.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Anak Jadi Susah Makan Selama Pandemi", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/02/152223220/mengapa-anak-jadi-susah-makan-selama-pandemi?page=2.