Tali telah mengencang di sekitar kaki burung hingga membuat persendiannya bengkak dan sakit.
Di Brasil, seorang konservasionis menemukan masker di dalam perut penguin yang sudah mati.
Selain itu, ada pula ikan buntal yang mati di lepas pantai Miami karena terperangkap masker.
Tak jauh berbeda, aktivis lingkungan di Prancis menemukan seekor kepiting mati karena terjerat masker di laguna air asin dekat Mediterania.
Melihat fakta-fakta tersebut, dampak terbesar dari masker mungkin terjadi di perairan.
Menurut data kelompok lingkungan OceansAsia, lebih dari 1,5 miliar masker masuk ke lautan dunia pada tahun 2020.
Diperkirakan sebanyak 52 miliar masker diproduksi secara global pada tahun lalu.
Selain itu, limbah dari pandemi dikatakan telah menyumbang 6.200 ton sampah tambahan yang mencemari laut.
Tak hanya masker, sarung tangan juga menjadi masalah baru.
Menurut kepala ilmuwan Ocean Conservacy George Leonard, masker dan sarung tangan sangat bermasalah bagi makhluk laut.
"Sarung tangan bisa disalahartikan oleh hewan seperti penyu sebagai makanannya,” kata Leonard kepada South China Morning Post.
“Kebanyakan masker memiliki tali untuk dikaitkan ke telinga manusia.
Tapi itu juga menjadi bahaya bagi ikan, penyu dan burung laut karena bisa mengikat," tambahnya.
Potong tali masker Para pegiat lingkungan mendesak masyarakat dunia untuk membuang masker dengan benar dan memotong talinya guna mengurangi risiko hewan terjerat.
Selain itu, penggunaan masker yang bisa dicuci juga terus dikampanyekan agar dapat mengurangi sampah masker sekali pakai.
Sementara itu OceansAsia juga meminta pejabat negara memberikan denda pada orang-orang yang membuang sampah sembarangan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Limbah Masker Sekali Pakai Ancam Habitat Hewan", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/02/06/131705720/limbah-masker-sekali-pakai-ancam-habitat-hewan?page=2.