SonoraBangka.id - Salah satu penyebab sebuah hubungan percintaan menjadi beracun atau toxic yaitu Pberperilaku manipulatif.
Sebab, perilaku manipulatif ini dapat membuat seseorang tidak sadar bahwa dirinya sedang dimanfaatkan untuk sesuatu hal dengan menggunakan embel-embel cinta.
Seperti yang disampaikan oleh seorang psikolog dari Yayasan Pulih, Ika Putri Dewi M.Psi, korban dari perilaku manipulatif biasanya sulit menolak permintaan pelaku karena adanya tekanan fisik maupun psikis.
Di samping itu, pelaku juga kerap menanamkan keraguan pada korban yang dimanipulasi agar dia tidak bisa berpikir dengan jernih dalam memutuskan sesuatu.
"Korban akan merasa bingung karena kekaburan terhadap persepsinya dengan nilai-nilai tertentu yang sudah ditanamkan oleh pasangannya," terangnya saat online talkshow bersama Magdalene.co, Rabu (10/2/2021).
Sebagian besar, perilaku manipulatif ini terjadi pada relasi yang tidak setara di dalam suatu hubungan dan kerap menempatkan perempuan sebagai korban.
Menurut Ika, hal ini dipengaruhi juga oleh persepsi yang tidak setara antara laki-laki dan perempuan, yang sudah bertumbuh lama di tengah masyarakat.
Ketimpangan ini membuat laki-laki menjadi individu yang lebih berkuasa. Sementara perempuan sebagai individu yang harus selalu memenuhi keinginan laki-laki.
"Nah, individu yang paling berkuasa dalam suatu hubungan akan menggunakan cinta dan harapan untuk memanipulasi pasangannya," jelasnya. "Setelah keburukannya terungkap, pelaku akan kembali memberikan cinta dan harapan atau janji untuk menutupi perilakunya yang manipulatif," sambung dia.
Senada dengan Ika, aktris sekaligus aktivis Hanna Al Rasyid juga turut membagikan pengalamannya saat menjalin kasih dengan seseorang yang manipulatif.
Hanna mengungkapkan, bahwa mantan kekasihnya itu memang memiliki masalah abondenment issue karena kurang diperhatikan oleh keluarganya.
Alasan tersebut yang sering kali menjadi cara sang mantan untuk membuat Hanna merasa iba dan sulit meninggalkan hubungan yang toxic tersebut.
"Mantan saya ini padahal dikenal sangat baik dan menyenangkan. Tapi saat kita sedang berdua, dia akan obsesif, kasar, dan suka merendahkan.
Ya, completely different," ujarnya. Sifat-sifat mantan kekasihnya yang manipulatif itu membuat Hanna jauh dari teman-temannya.
Sehingga, dia kesulitan untuk keluar dari hubungan tersebut. Maka dari itu, Ika menambahkan, orang-orang yang terjebak di dalam hubungan yang manipulatif harus segera meminta pertolongan.
Baik itu pada keluarga, teman-teman, atau psikolog. "Jika kita merasa tidak nyaman untuk melakukan sesuatu yang diinginkan oleh pasangan, sebaiknya langsung kita tolak," sarannya.
Diungkapkannya pula, bahwa perilaku manipulatif akan muncul ketika salah satu pihak ada yang terpaksa melakukan sesuatu hal, artinya tidak konsensual atau kesepakatan bersama.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenali Perilaku Manipulatif dalam Sebuah Hubungan Percintaan", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/02/11/212144820/kenali-perilaku-manipulatif-dalam-sebuah-hubungan-percintaan?page=2.