Menurut Markham, hormon stres yang meningkat itu bisa membuat anak merasa cemas berkepanjangan.
Efeknya mulai dari sulit tidur, rewel, dan sulit berkonsentrasi karena mereka tidak bisa mendapatkan kenyamanan dari orangtuanya untuk meredakan rasa cemasnya.
Yang terburuk adalah ketika orangtuanya saling berteriak marah, anak anak "belajar" bahwa cara orang dewasa menghadapi ketidaksesuaian pendapat adalah dengan memaki dan berteriak.
Konflik dan perbedaan pendapat memang pasti terjadi dalam keluarga, namun markham menyarankan agar ayah atau ibu menghadapinya dengan cara yang positif.
"Anak-anak justru akan banyak belajar hal positif ketika melihat perbedaan pendapat secara sehat," katanya.
Tenangkan diri sebelum berkomunikasi dengan pasangan tentang suatu perbedaan.
Hindari kalimat-kalimat yang merendahkan atau menyalahkan yang kelak akan kita sesali di kemudian hari.
Untuk perbedaan pendapat yang besar, bicarakan di luar rumah tanpa kehadiran anak-anak.
Jika perlu, minta bantuan konselor pernikahan sehingga kedua belah pihak dapat melihat masalah dengan jernih.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Agar Pertengkaran Orangtua Tak Meninggalkan Luka pada Anak", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2019/10/29/120000420/agar-pertengkaran-orangtua-tak-meninggalkan-luka-pada-anak.