Sang seniman, Thomas bekerja sama dengan para insinyur untuk menyempurnakan teknik lengan robot dan memberi saran tentang aspek unik penggunaan alat tato pada kulit manusia.
"Bekerja dengan Wes (Thomas) sangat mengasyikkan sekaligus menakutkan," kata Drew.
"Ada begitu banyak hal yang perlu dipertimbangkan daripada yang dia sadari, seperti fakta di mana jarum tato biasanya dicelupkan ke dalam tinta setelah digunakan setiap kali."
"Jika gerakan itu ditiru, akan menjadi mimpi buruk," katanya lagi.
Tantangan lainnya adalah bagaimana meniru cara seniman tato menggambari kulit untuk mendapatkan garis yang bersih dan tepat.
"Seniman tato memiliki pemahaman mendalam tentang kulit manusia, tergantung pada lokasi menggambar tato di tubuh dan juga dari orang ke orang, dan mesin harus menirunya," lanjut Drew.
Pada pembuatan tato ini, kulit Fransen dibalut dengan perban dan diikat ke kursi untuk mencegah tangan Fransen bergerak.
"Dia sangat tenang terhadap segala proses yang dilaluinya," kata Drew.
Drew juga menekankan, dia tidak menganggap metode tato robotik bisa menjadi hal yang "normal" dalam waktu dekat.
"Saya tidak mencoba mengganti tato tradisional atau aspek manusia dari tato dengan konsep yang digerakkan robot ini," jelasnya.
"Saya berhati-hati agar tidak dianggap meremehkan bentuk seni, terutama setelah mendapatkan pemahaman seperti itu.
"Tato itu gambarnya adalah simbol bola lampu pijar, persilangan yang tepat antara teknologi dan kreativitas, meski beberapa orang menganggapnya sebagai referensi Pokemon," tutur Drew.
Rupanya, Drew juga merasakan duduk di "kursi panas" alias dibikinkan tato oleh Thomas, sebagai cenderamata dari proyek tersebut.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Teknologi Membikin Tato dari Jarak Jauh, Bagaimana Caranya?", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/03/19/152620020/teknologi-membikin-tato-dari-jarak-jauh-bagaimana-caranya?page=2.