Jangan bergantung pada makanan yang meningkatkan metabolisme.
Pontzer menjelaskan, baik makanan yang tidak meningkatkan metabolisme —jeruk bali merah, cabai rawit, bubuk cabai, dan teh hijau— maupun makanan yang meningkatkan metabolisme seperti kopi, tidak berdampak banyak untuk menurunkan berat badan.
"Tidak ada bukti apakah metabolisme yang lebih cepat benar-benar membantu kita menurunkan berat badan," ujar dia.
"Jika kita meningkatkan sedikit metabolisme, maka otak akan menyuruh kita untuk makan sedikit lebih banyak, dan kita tidak akan kehilangan apa pun, sama sekali," lanjut dia.
Temukan diet yang cocok
Menemukan diet yang cocok itu berarti makan dengan cara yang membantu kita merasa kenyang dengan lebih sedikit kalori.
"Namun, karena kita semua memiliki latar belakang yang berbeda dan menyukai makanan yang berbeda, tidak ada satu diet yang pasti cocok untuk setiap orang," kata Pontzer.
Kendati demikian, kita bisa menghindari makanan yang diproses atau diolah seperti camilan dan makanan kaleng.
Sebaliknya, berfokuslah pada protein dan serat sebagai cara yang baik untuk memulai diet.
Diet rendah lemak
Sebagai antropolog, Pontzer banyak mengamati kehidupan manusia purba dan suku di dunia, salah satunya adalah orang-orang Hadza di Tanzania.
Kebanyakan orang Hadza berburu daging, mencari umbi-umbian, buah berry dan madu, yang ternyata merupakan makanan tinggi karbohidrat atau rendah lemak.
Mereka mendapatkan 65 persen lebih banyak kalori dari karbohidrat, sementara dari lemak hanya sekitar 20 persen.
Maka, tidak heran apabila orang-orang Hadza memiliki jantung yang sangat sehat, tidak mengalami obesitas, dan memiliki berat badan yang sama selama masa dewasanya.