Awalnya dilakukan kepada masyarakat adat di sejumlah daerah seperti Kanada, Australia dan Amerika Serikat.
Para penjajah mengadopsi budaya pribumi yang dianggap menarik dan mempopulerkannya tanpa menghargai pemilik budaya aslinya.
Intinya, kelompok yang lebih terpinggirkan tidak mendapatkan suara, sementara warisan budayanya disebarkan oleh seseorang dalam posisi hak istimewa yang lebih besar.
Tujuannya bisa untuk kesenangan, model, atau ketidakpedulian tentang pentingnya penghargaan budata asli itu.
Dikutip dari laman The Week, Dr Adrienne Keene dari Native Appropriations menegaskan pola perilaku ini.
"Anda berpura-pura menjadi ras yang bukan Anda dan menggunakan stereotip untuk melakukannya."
Mirip seperti kasus Nagita Slavina yang dipotret dengan busana daerah untuk menjadi Duta Pon XX Papua.
Padahal ada banyak wanita cantik Papua lainnya yang layak untuk posisi ini seperti Nowela, Lisa Rumbewas, Putri Nere, dan Monalisa Sembor, seperti kata Arie Kriting.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Nagita Slavina Tersandung Isu Cultural Appropriation, Apa Maksudnya?", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/06/03/131933120/nagita-slavina-tersandung-isu-cultural-appropriation-apa-maksudnya?page=3.