Catherine Steiner-Adair, EdD, psikolog klinis menyarankan menghindari 'moralitas kelisanan' yakni berbicara tentang makanan dan diri sendiri sebagai baik atau buruk.
Misalnya saja dengan kalimat, "Saya sudah melakukan pelanggaran hari ini karena makan pizza, jadi tidak akan makan malam nanti".
Tingkatkan media literasi anak dan bahas kontennya bersama. Beritahu anak tentang apa yang baik dan buruk berdasarkan hasil pengamatannya.
Biarkan anak mengembangkan sikap kritis untuk memahami soal body acceptance dan dan memfilter pesan media.
Ajarkan anak sejak dini agar berani berpendapat dan tidak hanya sekedar menjadi people pleaser atau mengikuti kemauan orang.
Sampaikan pentingnya bersuara soal apa yang dia inginkan dan butuhkan.
"Tanyakan 'Apa yang kamu inginkan?' Biarkan dia membuat pilihan dan kemudian hormati pilihan itu." jelas Anea Bogue, MA, salah satu penulis buku anak.
Ibu yang memiliki anak perempuan beranjak remaja biasanya cenderung berbagi koleksi pakaian dan sepatu.
Namun perilaku ini bisa berdampak buruk karena tidak membiarkan anak memilih gayanya sendiri.
Terlebih lagi jika penampilan ibu lebih sesuai dengan standar kecantikan umum seperti putih, langsing atau berhidung mancung.
Biasakan untuk tidak memuji anak karena penampilannya melainkan prestasinya. Fokuslah pada kepribadian dan pencapaian yang telah dilakukannya.
Selain itu, tekankan soal proses yang telah dijalani dan kemampuan baru yang dimilikinya.
Penguasaan skill efektif membangun kepercayaan diri, dan belajar menoleransi kegagalan menumbuhkan ketahanan.