Bangkasonora.ID -
Masyarakat Indonesia diresahkan dengan adanya tiga varian baru Covid-19 yang kasusnya telah ditemukan di Indonesia.
Tiga varian baru virus Corona yang dimaksud adalah varian Alpha (B.1.1.7), Beta (B.1.351), dan Delta (B.1.617.2).
Melansir Kompas.com pada Sabtu (19/6/2021), sudah terdapat 148 kasus infeksi di 6 provinsi yang disebabkan oleh varian baru Covid-19.
Adapun varian baru yang mendominasi kasus ini adalah varian Delta yaitu sebanyak 107 kasus.
Kasus infeksi varian Delta ini paling banyak terjadi di provinsi Jawa Tengah yaitu sebanyak 75 kasus dan DKI Jakarta sebanyak 20 kasus.
Beberapa provinsi lainnya di antaranya adalah Sumatera Selatan, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur dengan masing-masing 3 kasus.
Belakangan juga diketahui bahwa varian Delta sudah ditemukan di provinsi Jawa Barat, tepatnya di Karawang.
Sedangkan varian Alpha ditemukan di provinsi Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa Timur, Bali, dan Kalimantan Selatan dengan total 36 kasus.
Varian Beta diketahui menjadi varian yang paling sedikit terjadi yaitu hanya ada total 5 kasus di DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Lantas, apa saja perbedaan gejala varian baru virus Corona ini? Berikut pemaparannya yang dikutip dari TribunPontianak.co.id dan Kompas.com.
Varian Alpha atau B.1.1.7 pertama kali ditemukan di Inggris dan menjadi strain yang paling dominan di Inggris pada awal tahun 2021.
Strain ini disebut lebih menular daripada virus asli yang pertama kali muncul di Wuhan.
Adapun gejala yang ditimbulkan dari varian Alpha secara umum di antaranya adalah batuk terus menerus, sakit dada dan demam, kehilangan indera perasa dan bau, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, diare, kebingungan dan ruam kulit.
Varian Beta atau B.1.351 ditemukan untuk pertama kalinya pada Oktober 2020 di Afrika Selatan.
Strain ini memang disebut lebih menular, tapi tidak lebih mematikan dibandingkan strain awal.
Namun, melansir Kompas.com, vaksin Covid-19 tidak bekerja dengan baik dalam melawan varian Beta.
Belum diketahui pasti gejala apa saja yang ditimbulkan, namun varian ini lebih rentan menginfeksi orang-orang usia muda.
Varian Delta atau B.1.617.2 ditemukan pertama kali di India pada Oktober 2020 dan disebut lebih mudah menular.
Kabar buruknya lagi, varian ini dapat menghindari respons imun tubuh sehingga vaksin yang beredar dianggap tidak efektif melawannya.
Beberapa gejala yang ditimbulkan di antaranya adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, batuk, sesak napas, kelelahan dan kehilangan indera perasa atau penciuman.
Perlu diingat bahwa varian Delta ini dapat memicu sakit parah 3 sampai 4 hari setelah terinfeksi.