Keberhasilan pilot project ini, dikatakan Katarina, akan diperluas di pesantren yang lain.
“Program ini menurut kami sangat penting, karena semua anak di Indonesia berhak mendapatkan metode pembelajaran yang efektif tanpa takut akan ancaman kesehatan di sekitarnya, apalagi di saat situasi pandemi seperti ini,” ucapnya.
Dijelaskan oleh Ketua Project SLP, Dr.Rimbawan, jika buku panduan ini tidak hanya bermanfaat bagi siswa siswi di sekolah umum atau pesantren, tetapi juga bagi tenaga pengajar.
Buku panduan SLP sendiri terdiri dari tiga buku. Pertama yang berisikan modul edukasi gizi di pesantren yang bermanfaat untuk membekali tenaga pengajar pengetahuan dasar tentang gizi dan kesehatan untuk anak dan remaja.
Buku kedua berisikan modul penyediaan makan bergizi seimbang di pesantren, buku kedua ini bermanfaat bagi pengelola dan tim penyedia makan pesantren.
Buku ketiga berisikan kumpulan resep dan pilihan aplikasi menu lezat bergizi seimbang.
“Mengapa kami memilih pesantren sebagai pilot project, karena pengamatan kami menunjukkan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengalami banyak kemajuan, namun dalam hal pangan, gizi, dan kesehatan, masih belum mendapatkan perhatian yang proporsional,” ujar Rimbawan.
Ia juga menambahkan, karena para santri mondok di pesantren, maka bila kondisi pangan gizi dan kesehatannya baik, akan sangat berdampak pada peningkatan capaian pembelajarannya.
Dengan mencukupi kebutuhan gizi remaja putri, kejadian anemia bisa dicegah sehingga kualitas kesehatan mereka akan meningkat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perbaikan Pola Makan untuk Cegah Anemia pada Remaja", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/08/18/164851020/perbaikan-pola-makan-untuk-cegah-anemia-pada-remaja?page=2.