SONORABANGKA.ID - Angka kejadian kasus anemia di Indonesia, terutama pada remaja dan ibu hamil, cukup tinggi. Kondisi ini tentu jangan diremehkan sebab berdampak jangka panjang pada kesehatan.
Dalam jangka pendek, anemia dapat berpengaruh menurunkan konsentrasi belajar dan mudah terinfeksi penyakit infeksi.
Pada jangka panjangya, remaja dengan anemia berisiko mengalami gangguan pada kehamilan serta melahirkan anak dengan gizi buruk.
Dari Riset Kesehatan Dasar 2018 lalu, prevalensi anemia pada usia 15-24 tahun sebesar 32 persen.
Itu naik hampir dua kali dari tahun 2013 yang tercatat sebesar 18,4 persen. Penanganan anemia diperlukan intervensi menyeluruh, termasuk pemberian tablet tambah darah dan peningkatan kesadaran gizi.
Untuk meningkatkan edukasi gizi pada remaja, khususnya di pesantren, PT. Ajinomoto Indonesia bekerja sama dengan Departemen Gizi Masyarakat IPB dan Kementrian Agama menghadirkan buku panduan School Lunch Program (SLP).
Buku panduan itu berisikan edukasi gizi, tips pelaksanaan program, dan berbagai aplikasi menu lezat bagi santri. Buku panduan ini pun bisa dipakai oleh sekolah umum yang menyediakan menu makan siang bagi siswa-siswinya.
Public Relations Manager PT.Ajinomoto Indonesia, Katarina Larasati, menyebutkan dalam pilot project yang dilakukan di dua pesantren ini targetnya adalah untuk menurunkan prevalensi anemia.
“Setelah kami menyediakan menu yang tinggi kandungan zat besi, seperti rendang hati ayam, dan menu sayur, santri makan lebih banyak.
Hasilnya, kami mengurangi 8 persen kejadian anemia di kalangan santri Pondok Pesantren Pertanian Darul Falah Bogor, dan 20,9 persen di Pondok Pesantren Darussalam Bogor,” ujar Katarina dalam keterangan pers.
Keberhasilan pilot project ini, dikatakan Katarina, akan diperluas di pesantren yang lain.
“Program ini menurut kami sangat penting, karena semua anak di Indonesia berhak mendapatkan metode pembelajaran yang efektif tanpa takut akan ancaman kesehatan di sekitarnya, apalagi di saat situasi pandemi seperti ini,” ucapnya.
Dijelaskan oleh Ketua Project SLP, Dr.Rimbawan, jika buku panduan ini tidak hanya bermanfaat bagi siswa siswi di sekolah umum atau pesantren, tetapi juga bagi tenaga pengajar.
Buku panduan SLP sendiri terdiri dari tiga buku. Pertama yang berisikan modul edukasi gizi di pesantren yang bermanfaat untuk membekali tenaga pengajar pengetahuan dasar tentang gizi dan kesehatan untuk anak dan remaja.
Buku kedua berisikan modul penyediaan makan bergizi seimbang di pesantren, buku kedua ini bermanfaat bagi pengelola dan tim penyedia makan pesantren.
Buku ketiga berisikan kumpulan resep dan pilihan aplikasi menu lezat bergizi seimbang.
“Mengapa kami memilih pesantren sebagai pilot project, karena pengamatan kami menunjukkan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengalami banyak kemajuan, namun dalam hal pangan, gizi, dan kesehatan, masih belum mendapatkan perhatian yang proporsional,” ujar Rimbawan.
Ia juga menambahkan, karena para santri mondok di pesantren, maka bila kondisi pangan gizi dan kesehatannya baik, akan sangat berdampak pada peningkatan capaian pembelajarannya.
Dengan mencukupi kebutuhan gizi remaja putri, kejadian anemia bisa dicegah sehingga kualitas kesehatan mereka akan meningkat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perbaikan Pola Makan untuk Cegah Anemia pada Remaja", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/08/18/164851020/perbaikan-pola-makan-untuk-cegah-anemia-pada-remaja?page=2.