"Kebanyakan orang terlalu banyak bicara soal apa yang mereka bagikan di media sosial. Anda bisa menemukan apa pun secara virtual," kata Harry Denley, Security and Anti-Phishing di MyCrypto, dilansir dari Kompas.com.
Bahkan, menurut Denley, informasi bisa tetap diperoleh sekalipun si pemilik informasi tidak membagikannya secara publik.
Caranya adalah dengan menelusuri dan mengidentifikasi target lewat orang sekitarnya, kemudian meniru identitas mereka untuk menipu target.
Metode yang dipakai biasanya berupa rekayasa sosial (social engineering) atau manipulasi psikologi.
Praktik rekayasa sosial yang umum terjadi adalah hacker menduplikasi identitas orang terdekat target lalu melakukan penipuan terhadap target dengan mengiba meminta bantuan berupa kiriman uang.
Ini tentu berbahaya karena bisa merugikan kita secara material dan bukan tidak mungkin dalam jumlah yang besar.
Tak hanya itu, bisa juga hacker melakukan phishing dengan mengirimkan e-mail ke target berisi tautan atau lampiran yang apabila dibuka, hacker bisa menyandera atau mengambil data sensitif pengguna.