Sonorabangka.id - Kini sosial media menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari.
banyak juga orang yang terlalu sering membagikan cerita mereka di sosial media hingga menuai reaksi para pengikutnya.
Namun ternyata oversharing memicu bahaya yang bisa sangat merugikan kita.
Umumnya, oversharing ditafsirkan sebagai perilaku terlalu banyak memberikan informasi detail yang tidak pantas tentang kehidupan pribadi diri sendiri ataupun orang lain.
Di Indonesia, oversharing beberapa kali berujung viral di mana jutaan orang melihat unggahan tersebut.
Data dan informasi milik pengguna tampak biasa karena kerap sudah menjadi informasi umum.
Namun bahaya mengintai ketika hacker sudah melihat peluang data dari seseorang oversharing di sosial media.
Bahaya oversharing dilakukan hacker dengan membuat gambaran tentang target dan kemudian menentukan metode serangan digital yang akan mereka eksekusi.
"Kebanyakan orang terlalu banyak bicara soal apa yang mereka bagikan di media sosial. Anda bisa menemukan apa pun secara virtual," kata Harry Denley, Security and Anti-Phishing di MyCrypto, dilansir dari Kompas.com.
Bahkan, menurut Denley, informasi bisa tetap diperoleh sekalipun si pemilik informasi tidak membagikannya secara publik.
Caranya adalah dengan menelusuri dan mengidentifikasi target lewat orang sekitarnya, kemudian meniru identitas mereka untuk menipu target.
Metode yang dipakai biasanya berupa rekayasa sosial (social engineering) atau manipulasi psikologi.
Praktik rekayasa sosial yang umum terjadi adalah hacker menduplikasi identitas orang terdekat target lalu melakukan penipuan terhadap target dengan mengiba meminta bantuan berupa kiriman uang.
Ini tentu berbahaya karena bisa merugikan kita secara material dan bukan tidak mungkin dalam jumlah yang besar.
Tak hanya itu, bisa juga hacker melakukan phishing dengan mengirimkan e-mail ke target berisi tautan atau lampiran yang apabila dibuka, hacker bisa menyandera atau mengambil data sensitif pengguna.