Ilustrasi
Ilustrasi ( Kompas.com)

Benarkah Stres Saat Hamil Bisa Ubah Jenis Kelamin Janin?

20 Oktober 2021 20:53 WIB

Untuk lebih memahaminya, para peneliti mengalisa lebih lanjut lagi seputar stres psikososial, stres fisik, dan stres karena gaya hidup. 

Bahan analisa ini diambil dari survei dan jurnal berisi data tentang 187 orang ibu hamil yang sehat, dengan usia antara 18-45 tahun.

Penilaian berlangsung selama 12-22 minggu, 23-28 minggu, dan 34-36 minggu kehamilan.

Yang diukur adalah tekanan darah, kadar kortisol, gejala psikologis seperti depresi dan kecemasan, serta indikator lain dari stres dan risiko secara keseluruhan.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 17,1% perempuan memiliki tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang dianggap sebagai stres psikologis.

Sebanyak 16% perempuan memiliki tekanan darah dan asupan kalori yang lebih tinggi, yang dikategorikan sebagai stres fisik. 

Para perempuan itu juga mengalami lebih sedikit kelahiran bayi laki-laki dibandingkan ibu hamil lainnya.

Rasio jenis kelamin antara bayi laki-laki atau bayi perempuan yang lahir dari ibu stres mental adalah 2:3 untuk anak laki-laki lebih kecil dari perempuan.

Untuk ibu dengan stres fisik, 4:9 dengan 4 untuk anak laki-laki.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah hal yang paling penting untuk ibu hamil.

Seperti yang diungkapkan oleg seorang biksu, bahwa banyak dukungan ini idealnya bisa datang dari pasangan.

Mereka adalah orang penting bagi ibu hamil ini untuk hidup.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm