SonoraBangka.ID - Di balik segala kemudahan yang ditawarkan, layanan surat elektronik (e-mail) rupanya menyimpan potensi untuk mempengaruhi perubahan iklim. Berdasarkan studi yang dilakukan peneliti dari Universitas Lancaster, Mike Berners-Lee, aktivitas mengirim e-mail dapat menghasilkan jejak karbon (carbon footprint).
Menurut Berners-Lee, satu buah e-mail dapat menyumbangkan estimasi sekitar 4 gram emisi karbon. Apabila e-mail tersebut disertai dengan lampiran seperti foto, maka besaran emisi karbon yang dihasilkan bisa lebih besar, yakni mencapai 50 gram.
Hal serupa juga berlaku pada e-mail spam. Meski jumlahnya sedikit, e-mail yang terus ditumpuk juga ikut andil menghasilkan emisi karbon sebesar 0,3 gram/e-mail, melansir dari BBC.
Emisi karbon yang dihasilkan e-mail sangat erat hubungannya dengan penggunaan listrik. Untuk dapat menyimpan e-mail, penyedia layanan e-mail membutuhkan server yang terdiri dari mesin data center (pusat data).
Tak jarang untuk memasok sumber listrik, perusahaan penyedia data center masih menggunakan bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batu bara. Semakin besar energi listrik yang digunakan, emisi karbon yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil pada pembangkit listrik tentu akan semakin banyak.
Melansir The Good Planet, pada tahun 2019, tercatat ada lebih dari 2,3 miliar pengguna global yang terdaftar menggunakan layanan e-mail. Diperkirakan ada sekitar 293,6 miliar e-mail yang dikirimkan setiap harinya. Untuk setiap 1 GB data yang disimpan di data center, penyedia layanan e-mail diperkirakan membutuhkan pasokan listrik sebesar 32 kWh.
Apabila seluruh pengguna rutin menghapus 10 e-mail aja per hari diklaim dapat menghemat penyimpanan sebesar 1,7 juta GB atau setara dengan 55,2 juta kWh listrik yang digunakan data center. Alhasil, penyedia data center diperkirakan dapat mengurangi penggunaan 19.356 ton batu bara yang sebanding dengan 39.035 metrik ton emisi karbon.
Meski emisi karbon yang dihasilkan dari e-mail tampak bisa dikurangi, langkah menghapus e-mail nampaknya tidak menyumbang pengaruh yang besar terhadap banyaknya emisi karbon yang dihasilkan dari sumber lain, seperti buangan kendaraan bermotor, kebarakan, limbah pabrik, hingga perubahan fungsi hutan.
Kira-kira, pengurangan emisi karbon yang dicapai dengan mengurangi jumlah e-mail yang dikirimkan setiap hari hanya sebesar 0.0037 persen dari total emisi karbon tahunan.
Pengguna Rutin Hapus E-Mail
Meskipun dampaknya tidak terlalu signifikan, menghapus e-mail tetap bisa dilakukan sebagai upaya mengurangi emisi karbon. Beberapa pengguna e-mail juga bersedia melakukan langkah kecil ini demi membantu menyelamatkan bumi. Salah satunya adalah Dinda (21), seorang mahasiswi dari salah satu perguruan swasta di Jakarta.
Setelah mengetahui dampak pencemaran lingkungan yang dapat dihasilkan oleh e-mail, Dinda berjanji akan mulai rutin untuk menghapus e-mail yang tak lagi diperlukan.
"Awalnya saya tidak tahu kalau ternyata e-mail bisa menjadi salah satu faktor penyebab kerusakan lingkungan. Namun, saya sangat mendukung upaya menghapus e-mail ini," ungkap Dinda.
"Karena upaya untuk menyelamatkan lingkungan bisa dimulai dengan langkah kecil, seperti menghapus e-mail yang tak lagi terpakai," lanjutnya. Namun, hal tersebut nampaknya tidak mencegah Dinda untuk tetap menggunakan layanan e-mail.
Menurut Dinda, e-mail masih menjadi salah satu sarana penunjang kegiatan pembelajaran selama pandemi Covid-19 berlangsung.
"Tapi saya tidak akan langsung setop menggunakan e-mail. Karena kegiatan perkuliahan yang berlangsung dari rumah, hampir semua tugas kuliah dikumpulkan secara online, termasuk lewat e-mail," ujar Dinda.
Senada dengan Dinda, Adam (25) yang berprofesi sebagai digital desainer, mengaku tidak keberatan untuk mulai menghapus e-mail yang bersifat spam. Menurut Adam, menghapus e-mail bukan pekerjaan berat baginya mengingat pekerjaannya yang tidak bergantung dengan e-mail.
"Kebanyakan feedback dari client disampaikan lewat WhatsApp, jadi tidak masalah kalau (menghapus e-mail) bisa dicicil sedikit-sedikit. Lagipula e-mail yang saya terima tidak terlalu banyak," kata Adam.
Lain hal dengan Aldo (24). Staf administrasi yang bekerja di perusahaan swasta ini menilai bahwa langkah menghapus e-mail tergolong rumit. Karena profesi yang digelutinya, Aldo mengaku rutin menerima puluhan e-mail setiap harinya.
Alhasil, menghapus e-mail dinilai sebagai pekerjaan yang merepotkan. "Agak merepotkan ya kalau harus rutin menghapus e-mail. Takut kalau ada human error, tidak sengaja menghapus e-mail yang sebenarnya masih dipakai," ucap Aldo.
Cara Lain Untuk Mengurangi Emisi Karbon Dari E-Mail
Selain menghapus e-mail yang tidak diperlukan, terdapat beberapa cara alternatif lain yang bisa dilakukan untuk memangkas angka emisi karbon dari aktivitas berkirim e-mail.
Menurut Berners-Lee, mengurangi aktivitas berkirim e-mail bisa mengurangi angka emisi karbon. Sebagai ilustrasi, apabila setiap orang dewasa di Inggris berhenti mengirimkan satu e-mail tidak perlu, seperti e-mail ucapan terima kasih, maka upaya tersebut diklaim bisa mencegah kontribusi 16.433 ton emisi karbon setiap tahunnya.
Lee juga menyarankan pengguna untuk mengganti file yang dilampirkan dalam e-mail dengan sebuah link, berhenti berlangganan e-mail, dan tidak mengirimkan e-mail pada banyak penerima untuk mengurangi hasil emisi karbon dari aktivitas berkirm e-mail.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Yuk Hapus 10 E-mail per Hari, Bisa Menghemat Ribuan Ton Batubara", Klik untuk baca: https://tekno.kompas.com/read/2022/01/25/10050087/yuk-hapus-10-e-mail-per-hari-bisa-menghemat-ribuan-ton-batubara?page=all#page2.