SonoraBangka.ID - Orang-orang mungkin menganggap doing nothing atau nggak melakukan apa -apa karena mager dikategorikan sebagai kegiatan yang malas.
Kebanyakan orang menganggap orang lain yang hanya duduk atau bersantai tanpa melakukan apa-apa adalah tanda kemalasan yang sifatnya negatif.
Padahal menurut studi, nggak melakukan apa-apa dan hanya duduk tenang bersantai adalah salah satu cara tubuh mengisi energi. Layaknya ponsel yang juga butuh diisi daya listrik, tubuh pun begitu. Hanya saja bentuk energinya yang berbeda.
Dilansir dari South China Morning Post, 1 Januari 2021, doing nothing alias bersantai nggak melakukan apa-apa ini jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Belanda disebut niksen.
Salah satu cara meditasi paling mudah
Doing nothing atau niksen di sini adalah mengambil jeda di antara kesibukan dengan nggak melakukan apapun juga.
Manfaat kesehatan dari doing nothing tertulis dalam buku Niksen: Embracing the Dutch Art of Doing Nothing yang ditulis oleh jurnalis Belanda, Olga Mecking.
Mecking sendiri mengakui ide menulis buku tersebut lahir selepas ia membaca artikel di majalah kesehatan Belanda, Gezond Nu, yang menyatakan bahwa niksen adalah cara baru meditasi.
"Akhirnya saya menemukan artikel yang menyatakan bahwa nggak apa sekali-sekali nggak melakukan apa-apa. Terutama di zaman yang serba memburu-buru kita, agar kita berbuat lebih dan lebih. Niksen terlihat seperti sebuah antidote, dan saya langsung ingin menulis itu semua dalam sebuah buku," ujar Mecking.
Buku yang awalnya diterbitkan dalam Bahasa Inggris ini langsung populer. Dan langsung dicetak ulang dalam 10 versi bahasa termasuk Bahasa Belanda, Perancis, dan Rusia.
Simanthini Ghosh, asisten profesor psikologi di India's Ashoka University menyatakan bahwa di pandemi ketika banyak orang bekerja dari rumah, gangguan mental seperti anxiety, kesepian dan depresi mudah datang kapan saja.
Nah niksen atau doing nothing, adalah kegiatan yang bisa digunakan untuk mendetoks semua kelelahan psikologis yang diderita masing-masing orang.
Melahirkan ide-ide baru
Nggak semua pakar psikologi setuju dengan manfaat kesehatan dari niksen. Christoper Anderson dari Universitas Maryland pernah menulis artikel di tahun 2003, menyebutkan bahwa decision avoidance adalah status quo yang dipilih oleh seseorang. Dan pilihan ini termasuk ke dalam gangguan perilaku.
Artikel Anderson ini ditayangkan dalam American Psychological Association's Psychological Bulletin.
Namun Mecking menanggapi tulisan Anderson tersebut secara positif. Mecking mengatakan bahwa otak manusia selalu aktif.
Ketika otak seseorang yang tengah dalam fase niksen diperiksa dalam functional magnetic resonance imaging (fMRI), otak ini terlihat seaktif otak seseorang yang sengaja diberi tugas untuk diselesaikan.
Bedanya, otak mereka yang tengah bekerja aktif karena digunakan menyelesaikan pekerjaan, sedangkan otak mereka yang tengah doing nothing berloncatan kesana kemari memikirkan banyak hal.
"Dalam fase ini, niksen atau doing nothing terkadang bisa melahirkan ide-ide baru yang segar," tutur Mecking.
Namun doing nothing atau niksen yang positif di sini bukanlah duduk santai sambil berselancar di media sosial. Namun duduk santai, memperhatikan awan, dedaunan, atau orang yang berlalu lalang di sekitar kita.
Konsep niksen yang bisa mendatangkan manfaat positif bagi tubuh ini sebenarnya sudah dipercaya dari abad ke abad. Salah satunya oleh Parmanides, filsuf dari Mazhab Elea Yunani, juga pengikut kepercayan Taoisme yang percaya Wu Wei, yaitu konsep nggak melakukan apa-apa sama sekali. (*)