Ketika anak-anak tumbuh, hubungan dan preferensi mainan mereka berubah seiring waktu.
Menurut Deborah, bayi akan disibukkan dengan berada di sekitar orang-orang yang dekat dengan mereka.
Terkadang tidak perlu mainan, Deborah menyebut bayi bisa puas menjelajahi berbagai hal dengan mulut dan tangan mereka.
Sebagai balita, anak-anak menjadi lebih tertarik pada eksplorasi objek.
Selama tahap ini, orang tua disarankan memberikan akses ke lingkungan sekitar guna menumbuhkan imajinasinya.
Hal itu dapat berupa benda-benda di rumah, seperti wajan, panci, kardus bekas, balok kayu, atau boneka binatang.
Pada prinsipnya, tidak ada jumlah minimum mainan yang dibutuhkan, sebab kreativitas dan imajinasi anak tidak terbatas.
Tidak perlu khawatir anak punya sedikit mainan, justru mereka dapat bermain lebih lama dan lebih kreatif.
Para ahli mengatakan, orang tua harus membiarkan anak-anak mereka tertarik pada mainan atau benda yang mereka minati.
Deborah mengatakan bahwa orang tua harus melihat bentuk permainan apa yang diminati anak dan menyediakan mainan untuk mereka.
"Bermain tidak asyik lagi ketika orang tua memaksakan permainan apa yang harus dimainkan anak tanpa memahami minatnya," kata Deborah.
Jadilah fleksibel
Jangan memusingkan semua hal dan jadilah fleksibel untuk memenuhi kebutuhan bermain anak.
Selain mainan, anak juga perlu untuk berinteraksi saat bermain guna meningkatkan kecerdasan sosialnya.
Sebagai orang tua, ajak mereka berbicara saat bermain. Ini penting untuk mengekspresikan emosi dan kreativitas.
Selain itu, bermain adalah sarana untuk memberikan nasihat dan proses belajar anak dengan cara yang menyenangkan.
Nah, tekankan eksplorasi lingkungan untuk bermain anak sekaligus berikan mainan sesuai minat anak ya, Kawan Puan.
Memang, mainan benar-benar digunakan anak untuk bermain sekaligus mengasah kreativitasnya.