SonoraBangka.id - Sudah jadi rahasia umum bila Indonesia kaya akan warisan budaya, di antaranya adalah kain tradisional, mulai batik, ulos, endek, lurik, hingga jumputan.
Sebagian dari kita mungkin masih asing dengan kain jumputan, kain khas Palembang, Sumatera Selatan ini memang belum mendapat perhatian banyak orang seperti batik, yang sudah dikenal dunia sebagai warisan budaya Indonesia.
Tapi berbicara soal keindahannya, kain jumputan ini enggak kalah dengan kain tradisional lainnya.
Tentu saja dengan ciri khas dan keunikannya sendiri.
Kondisi tersebut membuat Angel Eva Christine terpanggil untuk bisa memasarkan sekaligus mengenalkan kain jumputan ini ke masyarakat luas.
“Entah kenapa merasa tergerak untuk membantu mereka, karena menurut saya ini proses pengerjaan yang sangat rumit dan pantas untuk diapresiasi,” tutur Angel kepada NOVA.
“Karena sedihnya, kita sebagai masyarakat Indonesia justru banyak yang belum tahu soal kain jumputan ini. Jadi saya tertarik untuk membantu mereka,” sambungnya.
Ya, untuk menghasilkan selembar kain jumputan 3x1 meter saja setidaknya diperlukan waktu selama 7 hari.
Mulai dari proses pembuatan pola, lalu diikat, dijumput, dicelup, dilepas ikatannya, lalu dijemur sampai akhirnya menjadi sehelai kain yang indah.
Akhirnya, pada Februari di tahun 2020 Angel mulai merintis sebuah brand fesyen yang diberi nama Jejak Aisyah.
Terinspirasi dari sosok Aisyah, istri rasul yang menjadi tauladan. Jadi bukan hanya sekedar bisnis, Angel ingin Jejak Aisyah ini menjadi gerakan yang dapat meninggalkan jejak kebaikan terutama dalam hal membantu perajin jumputan di Sumatera Selatan.
Angel pun mulai menerima setoran para pengrajin untuk kemudian ia pasarkan produknya. Dari yang helaian kain.
Hingga mengubahnya jadi beragam aneka jenis pakaian mulai dari gamis, tunik, kerudung, mukena, hingga aksesori seperti ikat, rambut, sarung, dan gelang.
Bukan tanpa alasan, kata Angel dengan beragamnya produk yang dibuat, konsumen pun akan lebih luas.
Untuk selembar kain jumputan dihargai setidaknya mulai dari Rp500.000. Namun, jangan
khawatir. Disediakan juga produk yang lebih terjangkau.
Seperti ikat rambut yang dihargai Rp10.000 saja. Sehingga bisa menarik minat anak muda
mengenal dan memakai jumputan.
Krisis Berbuah Manis
Sayangnya baru sebulan berjalan, ia harus langsung dilanda krisis pandemi Covid-19. Mau tidak mau, usaha yang baru saja dirintisnya harus ditutup semetara waktu.
Namun, Angel tidak mau patah semangat. Meskipun tidak menjadikan bisnis ini sebagai sumber pemasukannya.
Ia memikirkan nasib para perajin yang menggantungkan kehidupannya dari penjualan kain jumputan ini.
Akhirnya, setelah sempat tutup selama satu setengah bulan Jejak Aisyah kembali beroperasi.
Namun, tentunya tidak bisa hanya mengandalkan produk-produk yang sudah ada, ia pun berinovasi membuat masker.
“Intinya putar otak supaya pengrajin dan pegawai tetap bisa memiliki penghasilan. Hingga akhirnya kita buat jumputan itu jadi masker, dan produk lainnya,” kenang Angel.
Tanpa diduga, masker jumputan ini banyak diminati masyarakat, bahkan sampai ke kalangan artis di Tanah Air.
Bahkan, belum lama ini desainer kenamaan, Ivan Gunawan terlihat mampir ke galerinya di Palembang.
“Selain Jakarta, masker kain jumputan ini juga dipesan sampai ke Surabaya, Kalimantan, Maluku Utara dan Papua."
"Kedepannya saya ingin mengenalkan kain jumputan sampai ke dunia internasional,” pungkas Angel.
Nah, semoga semakin banyak pelaku usaha yang bisa memajukan sesama.
Artikel ini telah terbit di https://nova.grid.id/read/053157415/piilih-lokal-aja-jejak-aisyah-ingin-kenalkan-kain-jumputan-pada-dunia?page=all