Nantinya, pemain dalam game balap yang lain akan diberikan penggantian seperti Race Pass, atau mobil cadangan di game yang lain. Perusahaan tidak merinci konversi nilai penggantian di game lama ke game baru.
Kasus tutupnya F1 Delta Time di mana NFT di dalamnya menjadi tidak berguna lagi sudah kontra dengan prinsip dari NFT itu sendiri.
Non Fungible Token atau NFT sejatinya membuat sebuah benda atau karya apa pun menjadi unik, karena kode identifikasi yang mendasarinya. Karena keunikannya, benda yang dijadikan NFT tidak bisa disamakan dengan benda lain yang juga dijadikan NFT.
Jumlahnya pun tergantung si pembuat NFT. Sebuah NFT bisa jadi satu-satunya di dunia maya, atau dibuat dengan jumlah terbatas. Namun yang jelas, satu NFT dengan yang lain, tidak bisa disamakan.
Terlebih dengan kebijakan pengembang yang memberikan kompensasi kepada pemain dengan memberikan NFT di game yang lain, seolah nilai NFT kedua game dapat disamakan, mengingkari konsep keunikan NFT.
Laporan PCGamer juga menyoroti kompensasi NFT yang dilakukan oleh pengembang game tersebut.
"Kebijakan Animoca memberikan kompensasi patut diapresiasi, namun penggunaan NFT seharusnya menjamin keamanan dan keabadian sebuah objek digital," tulis laporan tersebut.
Menurut laporan tersebut, tujuan NFT memastikan keamanan/keaslian sebuah benda, dan memastikan bahwa benda tersebut memiliki keunikan yang membuat barang tersebut tetap relevan.
F1 Delta Time sendiri pada tahun 2019 pernah mencatat penjualan NFT termahal, berupa barang koleksi mobil F1 dinamai "1-1-1" yang terjual senilai 415 ETH atau 111.111 dolar AS (hampir Rp 1,5 miliar) dalam nilai konversi sekarang.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Game "F1 Delta Time" Setop Layanan, NFT-nya Jadi Tidak Berharga", Klik untuk baca: https://tekno.kompas.com/read/2022/04/11/11310017/game-f1-delta-time-setop-layanan-nft-nya-jadi-tidak-berharga?page=all#page2.